Bantul, Anetry.Net – Upayakan pendidikan karakter siswa-siswi, guru Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) LHI Jogoragan, Banguntapan, Bantul Yogyakarta mencetuskan proyek pengajaran dengan tema yang beragam tiap bulannya. Di bulan Januari hingga Februari ini, sekolah menerapkan projek bertema kepahlawanan.
Kepala SDIT LHI Mulatiningsih
mengatakan, tema kepahlawanan dipilih agar para siswa dapat mengenal karakter
seorang pahlawan yang sebenarnya. Pengaplikasian projek di masing-masing kelas
pun berbeda-beda. “Kali ini, kita memilih tema kepahlawanan. Dari kelas satu
sampai lima semua menjalankannya, namun pengajarannya berbeda-beda,” katanya,
Kamis (25/1).
Hal yang diajarkan di kelas paling awal
adalah bagaimana siswa menganggap orang tua sebagai pahlawan. Sehingga, hal
yang ditanamkan adalah bagaimana siswa dapat mencintai keluarga.
Uniknya, untuk pengajaran di kelas dua
siswa diminta untuk menggendong boneka di perut masing-masing. Hal itu
dilakukan guna mendidik siswa, untuk bisa memahami dan mengaplikasikan
bagaimana menganggap orang tua sebagai pahlawan.
Sementara kelas tiga bertema pahlawan
nasional, pahlawan global untuk kelas empat. Diharapkan siswa kelas empat dapat
memberi kemanfaatan untuk lingkungan sekitarnya. Terlebih lagi kelas lima
ditanamkan karakter bagaimana siswa bisa menjadi seorang pahlawan.
“Untuk kelas lima, bagaimana mereka bisa
menganggap dirinya sebagai seorang pahlawan ‘the Hero is
me’ itu yang dikuatkan di tema projek ini,”
jelasnya.
Seusai projek bertema pahlawan Februari
mendatang, diharapkan siswa dapat mengenali karakter pahlawan mulai dari
orang-orang terdekat sampai kepada dunia global. Sehingga siswa bisa menjadi
orang baik. “Ini sebagai langkah mendidik karakter siswa di SDIT LHI,”
tegasnya.
Sementara pada Maret, April, dan Mei
mendatang, siswa akan dididik karakter dengan tema wawasan lingkungan. Tentang
cara mengelola sampah dari lingkup paling kecil sampai kontribusi terbesar ke
lingkup global.
Pendidikan ini bersifat projek
pembelajaran yang disiapkan guru. Sehingga guru akan memfasilitasi siswa untuk
melakukan aksi dan ide-ide yang tertuang dari masing-masing anak.
“Kalau kamu menganggap orang tua sebagai
pahlawan, apa yang akan kamu lakukan. Sehingga siswa menggendong boneka di
kelas dua bukan tanpa maksud. Itu untuk memberikan pengajaran kepada siswa,”
jelasnya.
Dengan langkah tersebut, diharapkan
siswa dapat merasakan bagaimana beratnya sembilan bulan ibu mengandung. “Jadi
itu nanti satu hari full tidak boleh melepas boneka dari perut.
Agar siswa dapat merasakan bahwa ada pahlawan hebat di sekelilingnya,” ucapnya.
Mulati mengatakan, capaian dari kegiatan
ini adalah penanaman karakter values. Nilai pahlawan tidak hanya dimaknai
sebagai pengetahuan. Siswa tidak hanya tahu bahwa Pahlawan Indonesia adalah
Bung Karno, Ki Hajar Dewantoro atau siapa pun. Namun, nilai kepahlawanan bisa
terintegrasi kepada anak bukan sekedar metode. (joglojateng)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.