Jakarta, Anetry.Net – SEAMEO QITEP in Language (SEAQIL) menyelenggarakan webinar bertajuk “From 4Cs to 6Cs: What Should Teachers Know and Prepare for Successful Language Learning in the 21st Century” Kamis (29/9).
Webinar yang juga disiarkan melalui kanal YouTube SEAQIL itu, mengajak para guru dan tenaga kependidikan di
Asia Tenggara untuk memahami dan mengimplementasikan kecakapan 6C dalam
pembelajaran bahasa di abad ke-21.
Direktur
SEAMEO Secretariat, Ethel P. Valenzuela, memberikan sambutan pembukaan webinar
dengan menjelaskan peran guru dalam pembelajaran abad 21.
Menurut
Ethel, guru bahasa harus menguasai keterampilan abad ke-21 serta terus mengasah
dan meningkatkan keterampilan diri untuk memenuhi tuntutan global, kehidupan,
dan pekerjaan.
“Hal
tersebut bermakna bahwa guru diharapkan tidak hanya merancang pembelajaran
untuk penguasaan materi, tetapi juga memfasilitasi siswa untuk mengembangkan
keterampilan lain yang dibutuhkan,” ucap Ethel.
Secara
ringkas, Deputi Direktur Program SEAQIL, Esra Nelvi M. Siagian, menyampaikan
bahwa webinar ini diikuti oleh 864 partisipan dari sembilan negara anggota
SEAMEO, yakni Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Malaysia,
Myanmar, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Esra
menambahkan, webinar ini menghadirkan pakar dan
praktisi yang mumpuni, yakni Assoc. Prof. Suzanne Choo Shen Li (National
Institute of Education, Singapura), Ismi Siti Fajarsih (SMAN 1 Kasihan, Indonesia),
Siti Zakia (SMKN 2 Tebing Tinggi, Indonesia), dan Tri Hastuti (SMAN 1 Pasir
Penyu, Indonesia).
Mengawali
sesi paparan, Suzanne memberikan pandangan bahwa penguasaan dua keterampilan
interpersonal, yakni karakter (character) dan kewarganegaraan (citizenship)
penting bagi siswa.
“Kini
kita berada pada era hiper-globalisasi. Pemerintah dan pemangku kebijakan sadar
bahwa siswa perlu bersiap menjadi warga global. Jika kita hanya melatih siswa
dengan 4C, mereka tidak akan memiliki karakter. Oleh karena itu, karakter dan
kewarganegaraan menjadi landasan atau nilai penting dari kecakapan abad ke-21,”
ujar Suzanne.
Dalam
pembelajaran bahasa, penerapan kecakapan karakter dan kewarganegaraan dapat
dilatih salah satunya melalui pemberian materi belajar yang faktual. Sebagai
contoh, guru dapat memberikan teks sastra sebagai jembatan pengembangan
karakter melalui proses menganalisis, mengkritisi, dan mendiskusikan naskah
tersebut.
Dengan
penambahan peran kecakapan tersebut, keenam kecakapan abad ke-21 kemudian
dikenal dengan istilah 6C, yakni character (karakter), citizenship (kewarganegaraan), critical
thinking (berpikir kritis), creativity (kreatif), collaboration (kolaborasi),
dan communication (komunikasi).
Salah
satu ciri dari implementasi kecakapan 6C dalam pengajaran bahasa di abad ke-21
adalah munculnya aspek humanis dalam pendidikan, seperti pendidikan dan
kurikulum yang berpusat pada nilai dan karakter, tidak lagi hanya berfokus pada
penguasaan materi mata pelajaran.
Webinar
kemudian berlanjut dengan sesi berbagi praktik baik dari tiga guru bahasa
Inggris, Mandarin, dan Prancis dalam implementasi kecakapan 6C di kelas bahasa.
Ketiga guru tersebut sepakat bahwa pendekatan pengajaran perlu diubah menjadi
berpusat pada siswa. Walaupun ada berbagai macam metode dan media pengajaran,
guru bahasa perlu memperhatikan sumber belajar yang kontekstual dan relevan.
Melalui
pembelajaran kontekstual, siswa diharapkan tidak hanya dapat belajar bahasa,
tetapi juga belajar menggunakan bahasa yang dipelajarinya dengan lebih bermakna
dan berkaitan dengan lingkungan sekitar.
Secara
bersamaan, proses belajar tersebut turut terdorong siswa untuk menjadi warga
negara yang humanis dalam masyarakat global abad ke-21.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.