Jakarta, Anetry.Net – Kompetisi Sains Madrasah (KSM) 2022 tingkat Nasional telah digelar di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta Timur, 9 - 13 Oktober 2022.
KSM bertujuan menyiapkan
siswa-siswa madrasah yang tidak hanya pintar di bidang sains, tetapi juga agama
Islam. Hal ini, oleh Ketua Tim Ahli, Prof. Dr. Kusaeri, M.Pd, dinilai sebagai
keunggulan KSM.
“Integrasi keilmuan menjadi keunggulan
dalam KSM. Ilmu Fisika, Kimia, Biologi, Ekonomi, kita integrasikan dengan
Ilmu Agama Islam dalam soal-soal yang ada di KSM,” jelas Kusaeri di TMII,
Jakarta, Rabu (13/10).
Untuk mewujudkan integrasi keilmuan
tersebut, tambah Kusaeri, tim KSM melibatkan berbagai pihak dari
Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTKIN) dan Perguruan Tinggi Umum (PTU).
“Tim di KSM kita bagi menjadi tiga.
Pertama, tim pembuat soal. Kita libatkan dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
UIN Sunan Gunungdjati Bandung, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, UIN
Sunan Ampel Surabaya, UIN Alauddin Makasaar, UIN Sultan Syarif Kasim Riau. Dari
PTU ada utusan IKIP Malang, Univeristas Indonesia, Institut Teknologi
Kalimantan, Univeristas Muhammadiyah Malang dan Universitas Negeri
Surabaya," kata Kusaeri.
"Kedua, tim pakar yang bertugas
mengawal dan mendampingi tim pembuat soal. Mereka dari Universitas Indonesia,
Institut Teknologi Bandung, Universitas Muhammadiyah Malang, dan UIN Sunan
Ampel Surabaya. Dan ketiga, tim integrasi bidang keislamaan dan sains. Mereka
dari UIN ALauaddin Makassar dan UIN Sunan Ampel Surabaya,” sambung Guru Busar
UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kusaeri menambahkan bahwa komposisi
soal-soal KSM, 50% murni soal olimpiade dan 50% soal integrasi keislaman
dan ilmu yang diujikan. Bahkan ada juga variasi soal yang disampaikan dalam
bahasa Inggris dan Arab.
Inilah bedanya KSM dengan
olimpiade-olimpiade lainnya. Tentu, ini belum pernah ada sebelumnya di
Indonesia.
"Keunggulan ini harus
dipertahankan dan dikembangkan lagi,” tegas Kusaeri.
Kusaeri berharap Kementerian Agama,
sebagai penyelenggara KSM, tidak berhenti di sini. Ke depan, KSM perlu
dikembangkan, dengan misalnya memperluas cakupan pesertanya, tidak hanya
dari Indonesia, tetapi juga dari Asia atau paling tidak negeri anggota OKI (Organisasi
Kerjasama Islam).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.