Jakarta, Anetry.Net – Keterampilan critical thinking perlu diperkenalkan dan dikembangkan dalam Kurikulum Merdeka.
Critical thinking atau berpikir kritis
perlu dibangun sedini mungkin karena kompetensi ini membantu dan meningkatkan daya
saing siswa di masa depan.
"Berpikir kritis dan rasa ingin
tahu menuntun mereka untuk terus memilah berbagai informasi yang tersedia dan
memprosesnya dengan baik, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, dan
berperan penting dalam kesuksesan akademik” jelas Peneliti Center for
Indonesian Policy Studies (CIPS) Nadia Fairuza, Jumat (14/10).
Nadia menambahkan, membekali siswa
dengan keterampilan dasar yang baik seperti numerasi, literasi dan keterampilan
berpikir kritis akan membantu mereka mempelajari keterampilan digital dan
mencapai karir yang prospektif di masa depan. Berpikir kritis dapat
menumbuhkan ketelitian dan kemampuan menganalisis suatu masalah.
Ketelitian dan kemampuan menganalisis
akan membiasakan mereka berpikir logis dan rasional. Sehingga mereka
tidak akan mudah mempercayai sebuah informasi sebelum mendapatkan kebenarannya.
Selain itu, hal ini juga akan
menumbuhkan kemampuan untuk memperkirakan dan mengantisipasi segala kemungkinan
yang ada. Kemampuan seperti sangat berkaitan dengan problem solving atau kemampuan untuk menyelesaikan masalah.
Ia melanjutkan, kemampuan dasar critical thinking yang terbangun
dapat mempermudah siswa dalam menyerap ilmu baru dan mengembangkan decision making process yang baik,
karena mereka bisa menyikapi keadaan secara kritis.
Critical
thinking ini juga menjadi dasar untuk
penguasaan literasi digital karena bisa menurunkan risiko penyebaran dan dampak
hoaks/misinformasi.
Kemampuan literasi digital sangat
dipengaruhi dengan kemampuan literasi baca tulis, seperti kemampuan membaca,
menulis, mencari dan menganalisis teks tertulis. Nadia menambahkan, salah satu
faktor penyebab rendahnya literasi masyarakat Indonesia adalah kurangnya
penekanan pada keterampilan berpikir kritis sejak usia dini.
Penerapan keterampilan ini dalam
kegiatan belajar mengajar perlu melibatkan peran aktif siswa. Selain itu
juga guru karena keterampilan ini membutuhkan pembiasaan dan merupakan salah
satu inti dari kegiatan belajar, yaitu mengembangkan rasa ingin tahu, mencari
jawaban dan terbuka pada segala kemungkinan yang ada.
“Lingkungan sekolah dan kampus perlu
mengadopsi hal ini, salah satunya dengan menyediakan sesi diskusi antar siswa
atau dengan guru. Para guru juga perlu terbuka dengan masukan dan pertanyaan
yang diberikan siswa,” tambahnya.
Sementara itu, kurikulum idealnya dapat memfasilitasi perkembangan keterampilan dasar dan transferable bagi siswa, serta bersifat adaptif, mampu menerapkan pembelajaran, baik secara tatap muka maupun jarak jauh, dengan efektif. Pemerintah juga perlu memastikan para guru menguasai keterampilan pedagogi berbasis digital. (medcom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.