Solo, Anetry.Net – Menyusul kejadian seorang siswi SDN Karangasem IV, Laweyan, Kota Solo, diduga alami pendarahan di alat vitalnya akibat tendangan dari sesama teman sekolahnya, Dinas Pendidikan setempat buka suara.
Dinas
Pendidikan (Disdik) Kota Solo, Jawa Tengah meminta pihak SDN Karangasem IV
Kecamatan Laweyan, Kota Solo meningkatkan pengawasan pada jam-jam istirahat.
Ini dilakukan sebagai antisipasi agar kasus penendangan antar sesama siswa di
sekolah tidak kembali terulang.
"Secara
umum kami minta pihak sekolah mengetatkan lagi (pengawasan) di jam-jam
istirahat," kata Kepala Disdik Kota Solo, Dian Rineta di Solo, Jawa
Tengah, Kamis lalu.
Dian
menerangkan, sebenarnya pendidikan karakter telah
diajarkan di sekolah. Pendidikan ini sudah terangkum dalam kurikulum sekolah
terkait bagaimana meningkatkan keagamaan, gotong-royong, dan budi pekerti.
Sementara kasus
dugaan penendangan antar sesama siswa yang terjadi di SDN Karangasem IV karena
kesalahpahaman.
"Kalau ini
kan kasuistis ya. Kita punya 66.000 murid SD, 33.000 muris SMP hampir 100.000
murid SD dan SMP kalau terjadi satu, dua kita selesaikan kasuistisnya juga.
Secara umum kami minta pihak sekolah mengetatkan lagi di jam-jam
istirahat," ungkap Dian.
Sebelumnya,
Sekretaris Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Solo Abdul Haris Alamsyah
menjelaskan, peristiwa penendangan antarsiswa tersebut terjadi pada pekan
ketiga Agustus 2022, lalu.
"Saya
konfirmasi ke pihak sekolah, kejadiannya itu sudah bulan lalu (Agustus 2022)
dan sudah diselesaikan antarorangtua," ujar Abdul Haris, Rabu pekan lalu.
Namun, lanjut
Abdul, karena permasalahan ini muncul kembali, pihaknya akan melakukan
verifikasi ulang atas kejadian tersebut.
"Ini
muncul lagi, itu lagi kepala sekolah baru mau menanyakan ke semua pihak atas
permasalahan kemarin itu, ada masalah ndak-nya, kok muncul lagi. Kemarin
katanya sudah selesai," katanya.
Soal kronologi
awal, Abdul mengatakan laporan dari pihak sekolah kejadian itu berawal dari
aksi saling bercanda antarsiswa. "Becanda, katanya mau nendang kaki tapi
keblabasan kena alat vital. Katanya, memang berdarah," jelasnya.
Korban sudah
diperiksakan ke bidan dan hanya rawat jalan. Tidak ada visum di rumah sakit.
Kemudian kedua orangtua korban dan pelaku dipanggil ke sekolah. Sempat terjadi
ketegangan antara orangtua siswa korban dan pelaku. Namun, pihak sekolah
melakukan mediasi terlebih dahulu.
"Awalnya
ada permohonan walau secara tidak langsung, orangtua korban minta anak yang
menendang dikeluarkan. Tapi oleh kepala sekolah dicoba disampaikan bahwa
sekolah sangat berharap ini tidak terjadi. Dengan berjanji bahwa kondisi
seperti ini tidak akan terjadi lagi di masa yang akan datang," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.