Pembenahan Sektor Pendidikan Masyarakat Melalui Pustaka Inkusif - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Kamis, 01 September 2022

Pembenahan Sektor Pendidikan Masyarakat Melalui Pustaka Inkusif


Jakarta, Anetry.Net
 Kehadiran perpustakaan di tengah masyarakat harus memuat pengetahuan tentang kearifan lokal dan pengetahuan modern.

 

Dengan adanya kedua pengetahuan tersebut mampu menciptakan masyarakat yang berpengetahuan, inovatif, dan aktif.

 

Direktur Kebijakan dan Advokasi International Federation of Library Associations and Institutions (IFLA) Stephen Wyber menyatakan, untuk membangun masa depan yang inklusif pada era digital dan mempersiapkan sumber daya manusia untuk menghadapi persaingan global, sektor pendidikan harus dibenahi secara keseluruhan.

 

Pada masa kini, kata dia, yang terpenting adalah memberikan peluang kepada masyarakat untuk mempelajari yang mereka butuhkan dengan pendekatan kepedulian. Stephen mengingatkan agar tidak hanya terpaku pada pendidikan formal.

 

Menurutnya, pendidikan harus diperluas hingga ke perpustakaan dan lembaga pembelajaran orang dewasa. Keduanya menjadi infrastruktur yang peduli dengan kesejahteraan dan masa depan masyarakat di setiap kota di dunia.

 

"Yang diharapkan dari akhir kegiatan ini ialah mendapatkan beberapa pesan kunci dan ide bagus tentang bagaimana bisa menjalankan peran perpustakaan dan lembaga pembelajaran orang dewasa untuk menjadi bagian kunci dari agenda pemerintahan Indonesia yang berdasar pada perhelatan Presidensi G20," kata dia dalam keterangannya, Rabu (31/8).

 

Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando mengatakan, berdasarkan catatan Bappenas dan BPS, sebagian besar masyarakat Indonesia terjun sebagai kepala keluarga dengan bermodalkan ijazah pendidikan umum.

 

Sementara itu Presiden Asosiasi Pendidikan Dasar dan Dewasa Asia Pasifik Selatan (ASPBAE), Nani Zulminarni menyampaikan, sejatinya terdapat enam situasi di mana seseorang dapat tersingkirkan dari proses pendidikan dan pembelajaran sepanjang hayat.

 

 Adapun enam situasi tersebut terdiri dari gender dan usia, disability dan diffability, status sosial, lokasi, metodologi dan pendekatan, serta topik dan fokus.

 

Menurutnya, enam situasi ini senada dengan sambutan dari Kepala Perpusnas. Untuk itu, paradigma perpustakaan harus berubah agar lebih mampu menjawab kebutuhan masyarakat.

 

"Pustakawan harus bisa men-support proses belajar melalui buku, cerita, data, informasi yang ada di perpustakaan, juga termasuk hasil-hasil riset menjadi sumber pembelajaran pendidikan bagi masyarakat yang lebih inklusif. Ungkapan 'education is not limited to school' harus dimaknai sebagai proses belajar yang sepanjang hayat," tukas Nani. (sumber: kompascom)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad