Jakarta, Anetry.Net – Mendikbudristek Nadiem Makarim meralat pernyataannya soal tim bayangan yang beranggotakan 400 orang.
"Mungkin ada sedikit saya ada
kesalahan dalam menggunakan kata shadow organization," kata Nadiem dalam
Raker Komisi X DPR RI, Senin (26/9).
Nadiem menyatakan yang dimaksud
sebenarnya adalah organisasi dengan sifat mirroring. Dia
menjelaskan Kemdikbudristek bekerja sama dengan tim tersebut.
"Mirroring itu artinya setiap Dirjen yang
menyediakan layanan, itu bisa menggunakan tim, suatu tim permanen yang selalu
bekerja sama dengan tim itu untuk mendorong dan mengimplementasikan
kebijakannya melalui platform teknologi," jelas dia.
Nadiem menegaskan tim tersebut ialah vendor. Meskipun, secara jelas dalam
forum PBB, Nadiem mengatakan tim bayangan itu bukan vendor.
"Seluruh tim kita adalah tim
permanen yang merupakan suatu vendor yang dirumahkan di bawah anak perusahaan
Telkom, di situlah mereka. Dan memang itu secara teknis adalah vendor. Jangan
ada yang menyebut mereka itu bukan vendor. Mereka adalah vendor," tutur
Nadiem.
Sebelumnya, Nadiem mengaku memiliki 400
orang yang tergabung dalam "organisasi bayangan". Posisi tim
bayangan tersebut tidak masuk dalam struktur birokrasi namun melekat dengan Kemdikbudristek,
bahkan turut mendesain produk-produk yang dihasilkan kementerian.
"Right
now we have 400 product managers, software engineers, data scientists that have
created a shadow organization attached to our Ministery. (Saat ini kami memiliki 400 manajer produk, insinyur perangkat
lunak, ilmuwan data yang bekerja sebagai organisasi bayangan yang melekat pada
Kementerian kami," kata Nadiem mengutip unggahan video di akun Instagram
@nadiemmakarim, Kamis (23/9).
Pernyataan yang disampaikan Nadiem dalam
rangkaian United Nations Transforming Education Summit di Markas Besar PBB itu
juga membeberkan, tim yang berisikan 400 orang itu bukanlah vendor untuk
kementerian.
Yang jelas, kata dia, dalam tim tersebut
memiliki sejumlah leader yang setara dengan Direktur Jenderal (Dirjen) pada
direktorat di Kemendikbudristek.
Sementara
itu anggota Komisi X DPR RI Dede Yusuf, sehari sebelumya mengatakan, hal tersebut tidak mungkin
berupa kalimat keceplosan alias slip of
the tongue.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.