Jakarta, Anetry.Net – Gerakan literasi sekolah (GLS) sebagai bagian dari Gerakan Literasi Nasional (GLN), tidak pernah mencapai titik puncaknya.
“Ibarat kuncup bunga,
GLS seakan tidak pernah mekar dan semerbak mewangi di seantero negeri ini. Ini PR
yang tak pernah selesai dikerjakan oleh para pelaku pendidikan,” demikian ujar
Nova Indra, CEO Pusat Pengkajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (P3SDM) Melati,
kepada media Anetry.Net, Senin (26/9).
Menurutnya, GLS
sebagai program nasional, tidak pernah mendapat tempat di hati pelaku
pendidikan. “Sesuatu yang tidak disukai, pasti tidak akan dilakukan oleh setiap
orang. Lagian tidak ada tekanan yang memberi ruang lebih lega pada program ini.
Jadi mubazir saja,” tegasnya.
Lebih jauh pria yang
juga penulis dan pengelola media pemberitaan seputar pendidikan itu mengatakan,
sebenarnya urusan pengembangan keterampilan siswa abad 21 yang di dalamnya
berisikan muatan literasi dasar itu, tidak akan dapat menjadi tumpuan harapan.
“Bagaimana kita
berharap pada sesuatu yang tidak dilirik oleh guru. Mungkin lebih berharga ‘selfie’
dibanding GLS bagi banyak pelaku pendidikan,” paparnya.
Menurut Nova,
seharusnya program-program pemerintah yang bertujuan baik untuk mendulang kualitas,
harus diterima dengan tangan terbuka oleh pelaku pendidikan. “Bukan malah
mengenyampingkan program-program nasional yang tujuannya untuk pengembangn
kualitas generasi bangsa,” ujarnya.
Untuk itu, sambungnya,
perlu gerakan yang lebih masif di kalangan dunia pendidikan. “Bukan
menggalakkan literasi saja, tapi lebih penting menggalakkan guru untuk membuka
pikiran dan hatinya agar menerima pembaruan dalam dunia pendidikan,” pungkas
Nova. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.