Jakarta, Anetry.Net – Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dede Yusuf Macan Effendi, soroti mutu pendidikan Indonesia untuk persiapan menuju Indonesia Emas 2045.
Ia mengatakan, saat ini Indonesia sedang menggiatkan kurikulum Merdeka
yang diusung oleh Kemdikbudristek. Secara konsep, kurikulum Merdeka ini hampir sama dengan
pendidikan yang diterapkan di luar negeri.
Sayangnya, kata dia, kurikulum Merdeka
yang diaplikasikan di Indonesia justru terlihat memberatkan. Sebab, menurut
data yang ada, angkatan kerja Indonesia didominasi oleh lulusan sekolah
menengah pertama (SMP) dengan jumlah persentase mencapai 60 persen.
“Untuk mereka yang lulus dengan gelar
diploma dan sarjana hanya sebanyak 13-14 persen (data Kemenaker) dari 275
juta penduduk Indonesia. Sedangkan, Revolusi Industri 4.0 sekarang ini lebih
mengandalkan konsep padat modal dan artificial
intelligence (AI) yang banyak didominasi pekerja dengan minimal pendidikan
di bangku sekolah menengah atas (SMA),” ujar Dede Yusuf dalam wawancara bersama
kompas.com, Rabu pekan lalu.
Dede menilai, perlu adanya perombakan
tatanan dunia pendidikan untuk membentuk tonggak kuat dalam mengusung kurikulum
Merdeka. Perombakan ini bisa dimulai dengan mengusung konsep center of excellent.
Dalam konsep center of excellent, Dede mengatakan, anak-anak yang ingin
bersekolah tidak dikenakan biaya yang mahal. “Apabila masih mengusung biaya
pendidikan yang mahal, ya nanti tidak akan ada yang mau melanjutkan sekolah
lagi,” jelas Dede Yusuf.
Sebagai informasi, konsep center of excellent adalah pembentukan
pendidikan dengan mengutamakan mutu pada setiap sarana pendidikan di seluruh
provinsi di Indonesia. Adapun mengutamakan mutu, bisa dimulai dari biaya masuk
sekolah yang tidak mahal.
Sebab, ada beberapa daerah di Indonesia
yang penduduknya masih memiliki penghasilan menengah ke bawah, contohnya Nusa
Tenggara Timur (NTT) dan Papua.
“Kurikulum Merdeka ini sudah sesuai,
tetapi untuk implementasinya harus mengajak keterlibatan stakeholder pendidikan untuk mau memajukan pendidikan yang lebih
merata lagi,” jelasnya.
Sementara itu, untuk mendorong stakeholder pendidikan, sambungnya, perlu adanya
restrukturisasi untuk memenuhi kebutuhan kesejahteraan guru honorer serta
meningkatkan sarana dan prasarana terlebih dahulu.
“Presiden Joko Widodo dalam pidato
kenegaraannya mengatakan, Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN)
2023 pada bidang pendidikan naik menjadi sekitar Rp 600 triliun dari sebelumnya
di Rp 400 triliun,” sambungnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.