Denpasar, Anetry.Net – Kemdikbudristek mengajak pendamping ketua delegasi G20 serta anggota Dharma Wanita Persatuan untuk berdiskusi dengan para guru perempuan dari program Guru Penggerak.
Kegiatan itu melibatkan tiga perwakilan lulusan program Guru Penggerak perempuan
di jenjang Pendidikan SD, SMP dan SMA yang kini dipercaya mengemban tugas
sebagai Kepala Sekolah. Kegiatan tersebut juga mengangkat
peran perempuan sebagai pemimpin perubahan di dunia pendidikan.
Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan
EdWG G20, Kemdikbudristek menyelenggarakan G20 EdWG Spouse Program bertempat di SMAN 3 Denpasar, Bali, pada
hari Kamis (1/9). Program ini digelar untuk menjamu para pendamping ketua
delegasi dan memberikan kesempatan bagi para pendamping ketua delegasi mengenal
budaya setempat.
Istri Mendikbudristek Franka Makarim melalui rekaman video yang diputar
di awal kunjungan ke SMAN 3 Denpasar, berharap spouse program ini terus memberikan inspirasi bagi banyak pihak,
khususnya para guru Indonesia.
“Melalui spouse program hari ini, semoga
pembelajaran penuh kolaborasi yang menyenangkan serta dipadukan dengan kearifan
lokal Bali, bisa menjadi inspirasi untuk ribuan guru lainnya yang saat ini
mulai bergerak untuk membawa perubahan positif di dunia pendidikan Indonesia,”
ucap Franka.
Rangkaian acara kunjungan ini terdiri
dari kegiatan yang mengusung nilai budaya Bali dengan penerapan Swasti Prapta,
Dharma Suaka, Widyatula, dan Uparengga. G20 EdWG Spouse Program diawali dengan Dharma Suaka atau sajian
pertunjukan seni tari oleh murid-murid SMAN 3 Denpasar, yakni Tari Puspawresti.
Para pendamping ketua delegasi juga
memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan murid-murid dan turut belajar
pola gerakan dari Tari Puspawresti tersebut.
Selain interaksi budaya, para ketua
delegasi G20 dan tamu undangan juga berkesempatan melakukan “Widyatula” yang
dalam bahasa Bali berarti “diskusi atau tanya jawab mengenai ilmu pengetahuan”
bersama para guru perempuan yang terlibat dalam program Guru Penggerak pada
jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA.
Berperan selaku moderator dalam diskusi
tersebut, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), Itje
Chodijah menyatakan bahwa andil guru perempuan sebagai pemimpin transformasi
pendidikan Indonesia sangat besar.
Acara kunjungan ditutup dengan tur
keliling sekolah, dan kemudian para delegasi melanjutkan kunjungan Spouse
Program dengan menikmati pameran kriya dan lokakarya jamu untuk memperkenalkan
budaya dan nilai tradisi Indonesia. (SP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.