Guru Kurang Asupan Informasi, Nova: Suatu Saat Akan Dicibir Peserta Didik - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Kamis, 22 September 2022

Guru Kurang Asupan Informasi, Nova: Suatu Saat Akan Dicibir Peserta Didik


Jakarta, Anetry.Net
– Perubahan paradigma pendidikan yang dibangun oleh Kemdikbudristek, seharusnya diikuti oleh seluruh elemen pendidikan termasuk guru.

 

Kehadiran guru merupakan harapan utama bagi keberlangsungan proses pendidikan di berbagai jenjang. Karena itu, dengan berubahnya pola dan paradigma pendidikan, paradigma guru juga mesti berubah lebih maju.

 

Sebagai contoh, saat kurikulum baru dengan nomenklatur Kurikulum Merdeka, mengedepankan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). P5 adalah projek yang akan menemukan jawaban atas pertanyaan mengenai peserta didik dengan kompetensi seperti apa yang ingin dihasilkan oleh sistem pendidikan Indonesia.

 

Projek tersebut dilakukan dengan menanamkan karakter pada pribadi peserta didik berdasarkan nilai-nilai pancasila.

 

Kompetensi P5 memperhatikan beberapa faktor yang dapat memberikan pengaruh, baik faktor internal atau faktor eksternal. Adapun contoh faktor internal yang diperhatikan adalah ideologi, sementara contoh dari faktor eksternal adalah tantangan di era digital.

 

Nah, di sinilah awalnya sebuah masalah baru muncul di tengah proses pembelajaran yang berlandaskan P5 itu sendiri. Bila peserta didik diarahkan pada penguatan nilai-nilai yang terkandung dalam Profil Pelajar Pancasila, bagaimana dengan guru itu sendiri?

 

Di tengah peradaban zaman yang kian maju, tak pelak membuat setiap orang juga harus berkembang mengiringi. Termasuk dalam hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan teknologi yang digaungkan pemerintah dengan Gerakan Literasi Digital Nasional (GLDN).

 

Untuk menuju P5, dalam hal ini sudahkah guru-guru Indonesia memiliki Profil Guru Pancasila itu sendiri? Sudahkah guru-guru mampu mengedepankan kecakapan dan bernalar kritis sebagai salah satu item penting dalam profil pelajar pancasila yang akan dibimbingnya sehari-hari?

 

Nalar kritis bagi guru menjadi keniscayaan dalam keseharian. Namun secara etika, nalar kritis harus disertai dengan kemampuan bernalar dengan baik dan ditujukan pada hal-hal baik, bukan malah mengarah pada nilai-nilai yang bisa dianggap kebodohan.

 

“Sering kita temui guru-guru yang tidak melek informasi. Bahkan urusan undang-undang yang sedang digarap oleh pemerintah tentang profesinya sendiri, mereka tidak peduli. Ada pula yang dengan remehnya menganggap informasi-informasi tentang itu tidak perlu didengarkan, ini memalukan,” demikian ujar Nova Indra, CEO Pusat Pengkajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (P3SDM) Melati, kepada media Anetry.Net saat bincang redaksi, Kamis (22/9).

 

Menurutnya, kalau peserta didik diarahkan pada profil ber-Pancasila, seharusnya guru-gurunya juga memiliki profil kepancasilaan yang baik.

 

“Kalau guru tidak mau bernalar kritis tentang sesuatu yang berkaitan dengan diri dan profesinya, lalu bagaimana ia mengajar peserta didiknya? Saya khawatir orang-orang seperti ini hanya menjadi guru ala kadarnya saja tanpa bisa membantu pemerintah mencerdaskan generasi bangsa,” tegasnya.

 

Sebagai contoh, lanjutnya, saat ini guru harus lebih melek komunikasi digital termasuk pemberitaan dan informasi yang berkaitan dengan pendidikan. “Guru jangan percaya video-video Youtube yang berseliweran entah dibuat siapa, tapi sayangnya mereka kadang lebih percaya itu dibandingkan pemberitaan oleh media terakreditasi sebagai bagian dari dunia pers yang harus ikuti aturan,” sambungnya.

 

Karena itu, kata pria yang juga pemilik jurnal ilmiah nasional itu, guru harus mebuka mata lebih lebar dengan belajar dan terus belajar memperkaya diri dengan informasi.

 

“Jangan anggap remeh informasi yang berkaitan dengan profesi dan kependidikan. Kalau nanti buta informasi, anda para guru akan dicibir peserta didik kemudian hari,” pungkasnya. (*/tim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad