Jakarta, Anetry.Net – Menurut Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susesnas) tahun 2021, angka buta aksara Indonesia menginjak 2,7 juta orang atau 1,56 persen dari total penduduk Indonesia.
Menurut Iwan Syahril,
Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemdikbudristek,
angka ini mengalami penurunan dari survey tahun sebelumnya.
"Mengacu pada hasil
Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susesnas) tahun 2021, angka buta aksara di
Indonesia tinggal 1,56 persen atau 2,7 juta orang. Jumlah tersebut menurun jika
dibandingkan dengan data buta aksara tahun 2020 dengan angka buta aksara 1,71
persen atau sekitar 2,9 juta orang," paparnya dikutip dari situs Radio Kemdikbud,
Kamis (8/9).
Menurut data tersebut,
provinsi dengan angka buta aksara pada usia 15-44 tahun diraih pada provinsi
Aceh dengan persentase 0,06 persen, disusul DI Yogyakarta 0, 07 persen.
Kemudian provinsi dengan angka buta aksara tertinggi di rentang usia yang sama
adalah Provinsi Papua yaitu 19,03 persen dan Nusa Tenggara Barat 2,70 persen.
Untuk meningkatkan angka
literasi dan menurunkan buta aksara, Kemdikbudristek berkomitmen untuk
meningkatkan kompetensi peserta didik dan masyarakat melalui kebijakan Merdeka
Belajar.
Sementara itu Mendikbud Nadiem Makarim menyebut, salah satu terobosan besar Merdeka Belajar
adalah penerapan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK). Ia menjelaskan,
ANBK bertujuan untuk mengukur kemampuan literasi dan numerasi pada peserta
didik.
Hasil ANBK tidak
menentukan kelulusan tetapi sebagai bahan refleksi dan evaluasi pembelajaran di
sekolah. Berdasarkan hasil Asesmen Nasional tahun 2021, dikatakan Nadiem,
terdapat 43 persen peserta didik yang mampu memenuhi standar minimum untuk
literasi.
"Untuk itu, kita harus semakin mendorong inisiatif-inisiatif yang berfokus pada peningkatan kemampuan literasi, salah satunya dengan menerapkan Kurikulum Merdeka," jelasnya. (sumber: detikcom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.