Jakarta, Anetry.Net – Para astronom telah menemukan bukti jelas karbon dioksida di atmosfer sebuah planet ekstrasurya atau planet di luar tata surya kita.
Penemuan yang dipublikasikan di Nature menyebutkan bahwa
temuan ini bisa dilakukan berkat kekuatan Teleskop Luar Angkasa James Webb
(JWST) yang memiliki kemampuan dalam pengamatan atmosfer eksoplanet yang belum
pernah terjadi sebelumnya.
Natlie Batalha, profesor astronomi dan astrofisika di
University of California Santa Cruz sekaligus ketua tim astronom yang melakukan
pendeteksian karbon dioksida, menggunakan JWST untuk mengamati planet bermassa Saturnus
yang disebut WASP-39b. Planet itu mengorbit sangat dekat dengan bintang mirip
Matahari dan berjarak sekitar 700 tahun cahaya dari Bumi.
"Pengamatan sebelumnya dari planet ini dengan
teleskop Hubble dan Spitzer telah memberi kami petunjuk bahwa karbon dioksida
memang ada. Lalu data dari JWST mempertegas fitur karbon dioksida," kata
Batalha.
Mengutip Phys.org, Jumat (26/8), karbon dioksida adalah
komponen penting dari atmosfer planet-planet di tata surya kita, ditemukan di
planet berbatu seperti Mars dan Venus serta planet gas raksasa Jupiter dan
Saturnus.
Sementara itu bagi para peneliti planet ekstrasurya,
keberadaan karbon dioksida itu penting baik di planet berbatu kecil dan juga
sebagai indikator kelimpahan keseluruhan elemen berat di atmosfer planet
raksasa.
"Karbon dioksida sebenarnya adalah tongkat pengukur
yang sangat sensitif dan terbaik yang kita miliki untuk elemen berat di atmosfer
planet raksasa. Jadi fakta bahwa kita dapat melihatnya dengan sangat jelas
adalah hal yang luar biasa," kata Jonathan Fortney, rekan penulis studi.
Bintang dan planet gas raksasa dibuat terutama dari
unsur-unsur paling ringan, hidrogen dan helium, tetapi kelimpahan unsur-unsur
yang lebih berat (disebut metalik) merupakan faktor penting dalam pembentukan
planet.
"Kemampuan untuk menentukan jumlah elemen berat di
sebuah planet sangat penting untuk memahami bagaimana itu terbentuk dan kami
akan dapat menggunakan tongkat pengukur karbon dioksida untuk sejumlah planet
ekstrasurya untuk membangun pemahaman yang komprehensif tentang komposisi
planet raksasa," jelas Fortney.
Lebih lanjut, tim Batalha sendiri mengamati WASP-39b
ketika planet sedang transit di depan bintangnya. Hal tersebut memungkinkan
para astronom untuk menganalisis cahaya bintang yang melewati planet di mana
gas seperti karbon dioksida menyerap panjang gelombang cahaya tertentu.
Peneliti kemudian menemukan bahwa WASP-39b memancarkan sinyal keberadaan karbon
dioksida yang kuat di atmosfernya.
"Deteksi ini akan menjadi tolok ukur yang berguna
dari apa yang dapat kami lakukan untuk mendeteksi karbon dioksida di planet
terestrial di masa depan. Dan ini adalah gas atmosfer yang paling mungkin kami
deteksi dengan JWST di atmosfer planet ekstrasurya ukuran terestrial,"
ungkap Batalha.
Selain karbon dioksida, para peneliti mendeteksi fitur
menarik lainnya dalam spektrum WASP-39b yang belum mereka identifikasi. Selain
itu juga astronom mencatat bahwa WASP-39b tampaknya memiliki komposisi yang
mirip Saturnus dan diperkaya dengan unsur-unsur berat sekitar 10 kali relatif
terhadap Matahari.
"Itu sangat menarik dan kami ingin tahu apakah semua
planet bermassa Saturnus memiliki sifat logam yang sama. Sangat menyenangkan
melihat ini di sistem lain, karena kami tidak tahu apa yang ditemukan di
atmosfer planet ekstrasurya," papar Batalha.
WASP-39b terletak di konstelasi Virgo dan lebih dekat 20
kali ke bintangnya daripada Bumi ke matahari. Meskipun massanya hampir sama
dengan Saturnus, planet kurang padat dan sekitar 50 persen lebih besar.
Hal lini mungkin akibat pemanasan karena begitu dekat
dengan bintang induknya. Pengamatan sebelumnya menunjukkan bahwa ia memiliki
langit yang relatif cerah, menjadikannya target yang baik untuk spektroskopi
transmisi. (sumber: kompascom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.