Sejuta Alasan Penting untuk Guru Mulai Menulis - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Sabtu, 06 Agustus 2022

Sejuta Alasan Penting untuk Guru Mulai Menulis


Anetry.Net
Di tengah ribuan alasan para guru tidak mau menulis, ada sejuta alasan pendidik perlu menulis.

 

Mengutip tulisan Najelaa Shihab yang published di media Kumparan, setidaknya alasan para pendidik menulis adalah sebagai berikut.

 

Apapun yang dilakukan pendidik, adalah kepentingan murid-muridnya

 

Maksud apapun di sini, tentunya adalah hal-hal yang berkaitan dengan dunia kependidikan itu sendiri. Mulai dari penyiapan bahan ajar, sulitnya mencari referensi pembelajaran, dan lain sebagainya. Dan itu layak ditulis.

 

Menulis butuh latihan

 

Banyak pendidik yang menghambat diri sendiri dengan menetapkan target dengan orientasi tepuk tangan; bahwa tulisan harus dipublikasi dan mendapat sambutan.

 

Padahal tujuan utama bagi pendidik yang mulai menulis adalah bisa menyampaikan gagasan dengan lancar dalam bentuk tulisan, bukan untuk menjadi sumber penghasilan yang diperjualbelikan atau mendapatkan apresiasi dari pihak-pihak yang diinginkan.

 

Menulis terbukti meningkatkan kompetensi diri

 

Menulis membiasakan refleksi dan berbagai teknik metakognisi. Menulis juga meningkatkan empati. Bagi guru, setidaknya membuatnya lebih memahami kesulitan yang dialami murid pada saat harus menemukan ide, mencari kata dan memperlancar kalimat maupun menggunakan tanda baca dan berbagai konvensi.

 

Menulis adalah kegiatan yang menenangkan

Di saat pekerjaan dan kehidupan penuh dengan kepadatan dan ketidakteraturan, maka menulis adalah saat di mana semua terasa damai tanpa tekanan.

 

Setiap orang bisa memilih kapan waktu yang tepat buat menulis. Banyak kita yang sejak dini pengalaman menulisnya justru menegangkan, dan sedihnya ini salah satu dampak dari proses pendidikan yang memaksa dan tidak memerdekakan.

 

Jangan lihat bahwa menulis selalu sebagai beban penugasan yang harus selesai, tetapi sebagai saluran yang memberikan kendali untuk berekspresi.

 

Mematri kenangan dan mengukuhkan kepemilikan atas pengalaman

 

Setiap pendidik punya pengalaman yang tidak sama satu sama lain, dan itu layak dibagikan dalam bentuk tulisan.

 

Untuk sebagian besar orang, ini yang disebut ilham yaitu inspirasi awal yang kemudian dijabarkan lewat paparan. Proses ini menginternalisasi pengetahuan dan pemahaman, menguatkan kecenderungan dan sikap karena apa yang sebelumnya diluar diri, dinyatakan eksplisit lewat tulisan sebagai sesuatu yang kita maknai dan yakini.

 

Mewujudkan kolaborasi pemikiran

 

Pendidik yang menulis, sedang mengambil langkah terpenting untuk mewujudkan kolaborasi dengan berbagai pihak. Kritik dan diskusi, pembahasan dan inkuiri atas apa yang dituliskan teman sejawat (atau dalam konteks laporan misalnya, dituliskan oleh guru tentang anak kita), adalah modal penting untuk merencanakan aksi bersama.

 

Apa yang berhasil di kelas tertentu dan bisa diadaptasi oleh semua di sekolah dan guru lain. Begitu banyak hubungan dalam organisasi dan komunikasi antar sesama yang menjadi lebih efektif saat menggunakan materi tertulis dari guru sebagai rujukannya.

 

Cara paling tepat untuk bersuara

 

Bersuara dan terus bersuara, adalah inti dari tanggungjawab guru pada profesinya. Kita hidup dalam eksosistem pendidikan, di mana banyak orang yang tak pernah berada di dalam kelas, punya begitu banyak pendapat dan asumsi tentang kebijakan dan apa yang harus dilakukan dalam praktik di lapangan.

 

Pendidik adalah pemangku kepentingan yang interaksinya terbanyak dengan murid yang sangat beragam. Setelah proses mendengarkan murid, maka berkarya lewat cerita tentang proses seorang anak, atau implementasi sebuah konsep di konteks kelas, solusi yang terbukti menyelesaikan masalah, adalah kewajiban kita.

 

Menulis adalah salah satu keterampilan utama yang dibutuhkan di masa depan, yang hanya akan mampu terus berkembang pada saat pendidik turut meneladankan. Guru yang menulis bersama dengan muridnya, menunjukkan pentingnya menulis dalam berbagai pekerjaan dan aspek kehidupan.

 

Namun satu hal perlu diingat, jangan jadikan menulis sebagai alasan membangun sesuatu yang tidak baik di luar kelas dan lingkungan pengabdian. Jangan kotori dengan tendensi dan keinginan untuk bebas dan bersenang-senang di jalan yang salah. (*/ni)

(Disadur dari tulisan Najelaa Shihab yang terbit di media Kumparan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad