Sejalan dengan Kurikulum Merdeka, Jadilah Guru Asyik dengan Konsep Paulo Freire - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Jumat, 05 Agustus 2022

Sejalan dengan Kurikulum Merdeka, Jadilah Guru Asyik dengan Konsep Paulo Freire


Pekalongan, Anetry.Net
– Guru adalah profesi mulia dengan segala pengorbanannya. Termasuk keharusannya memperkaya diri dengan khazanah pengetahuan dan keterampilan.

 

Pada Kurikulum Merdeka yang baru saja dijalankan di negeri ini, setidaknya guru yang mengampu kelas 1, 4, 7, dan 10, mesti memiliki pemikiran lebih luas tentang mengelola kelas dan pembelajaran.

 

Untuk itu, mengetahui dan mendalami hal-hal yang berkaitan dengan metode pembelajaran dan trik pemberian materi ajar, harus terus dikembangkan guru. Salah satunya adalah dengan mengenali filsafat pendidikan.

 

Paulo Freire, seorang sarjana hukum dari Brazil yang mendalami filsafat dan psikologi, melahirkan teori menjadi guru yang mengasyikkan bagi siswa sekaligus progresif dalam keprofesiannya.

 

Paulo Freire melontarkan lima gagasan tentang pendidikan. Kelima gagasan tersebut, saling berkesinambungan satu sama lain. Dan bila anda seorang guru, tentu patut memahami apa yang menjadi gagasannya.

 

1. Jangan Hegemoni

 

Secara umum, hegemoni bisa diartikan pengaruh yang mendominasi. Freire melihat pendidikan yang terjadi selama ini seringkali timpang. Dalam artian, guru selalu mendominasi murid di kelas dalam proses pembelajaran.

 

Kalau biasanya guru seolah dewa yang tahu segalanya, di era sekarang, keterbukaan informasi semakin terbuka lebar, pengetahuan yang didapat guru dan murid bisa jadi sama. Untuk itu, guru harus memberikan pengajaran yang lebih menarik dan dengan metode ngobrol, biar nggak monoton dan membosankan.

 

2. Lakukan Pemerdekaan

 

Konsep ini merupakan gagasan kedua dari pendidikan kritis ala Paulo Freire, dan sesuai dengan Kurikulum Merdeka. Freire melihat selama ini di mana guru selalu memberikan ilmu ke murid tanpa ada diskusi dua arah, Freire melihat itu tidak manusiawi, tidak merdeka

 

Maka dari itu, pemerdekaan harus dilakukan, bukan untuk murid saja, tapi juga guru. Semua elemen pendidikan harus merdeka dalam proses pembelajaran. Tidak ada perbedaan bahwa guru adalah penguasa murid, atau malah murid menjadi tuan dan guru jadi pelayan. Tidak.

 

3. Dorong Penyadaran

 

Setiap insan, guru dan murid harus sadar. Begitu seruan dari Paulo Freire. Guru mesti sadar, bahwa manusia memiliki batas dan kemampuan yang berbeda. Jadi, ia harus memberi treatment yang berbeda, jika ingin murid-muridnya berkembang. Begitu juga dengan murid, mereka harus sadar, bahwa mereka memiliki hak bertanya dan bersuara.

 

4. Ciptakan Dialog

 

Setelah semua tersadar, guru dan murid wajib melakukan dialog. Ini penting, karena untuk membawa nuansa yang seimbang. Bila keduanya berdialog, saling menghormati dan menghargai akan tercipta, tanpa ada paksaan. Dan murid bisa mengembangkan diri sepenuhnya.

 

5. Ajarkan Pemecahan Masalah

 

Nah, kalau ini memang membutuhkan kepiawaian guru di tahap lanjut. Guru harus memiliki kemampuan problem solving. Dengan konsep ini, memungkinkan murid untuk mengembangkan nalar berpikirnya.

 

Selain itu, juga bisa meningkatkan skill komunikasi dalam menyampaikan sebuah pengetahuan atau informasi yang didapatkan. Yang terpenting sih, kemampuan analisis dan mengambil keputusan yang tepat dalam sebuah permasalahan, akan semakin terasah oleh murid.

 

Bagaimana bapak/ibu guru? Ternyata lebih mudah menjalankan profesi bila segudang pengetahuan melekat dalam diri. Maka dari itu, mari kembangkan diri lebih luas, lebih terampil. (*/ni)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad