Pekalongan, Anetry.Net – Akar budaya bangsa, bukan saja persoalan bagaimana melestarikan hingga ke anak cucu, namun memanfaatkan sebagai media pendidikan karakter adalah sebuah keniscayaan.
Hal itu disampaikan
oleh Nova Indra, CEO Pusat Pengkajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (P3SDM)
Melati dalam bincang pagi bersama redaksi media pendidikan Anetry.Net, Sabtu
(13/8).
“Saya anak Melayu,
tentunya ingin budaya yang satu ini menjadi lebih hidup dalam keseharian
masyarakat khususnya di daerah-daerah yang berbasis budaya Melayu itu sendiri,”
katanya.
Menurut sosok yang juga
penulis dan tengah menyelesaikan naskah bukunya yang berjudul Pendidikan
Karakter Anak Melayu itu, pendidikan karakter dapat dilakukan melalui beragam
media.
“Seperti di Melayu,
pendidikan karakter dilakukan juga melalui pemberian pemahaman pantun-pantun.
Kami orang Melayu suka berpantun, dan di dalamnya ada nilai-nilai yang dibangun
sedemikian rupa agar dapat dimaknai dengan baik,” terangnya.
Mungkin, katanya lagi,
di daerah lain di Nusantara juga ada hal serupa. Bahwa pendidikan karakter
dibentuk sejak dini melalui bahasa sastra.
“Ini penting
dilestarikan melalui karya tulis. Jangan sampai suatu ketika nanti anak cucu kita
tak lagi kenal khazanah budayanya yang sangat bernilai,” tegasnya.
Sementara itu,
kekinian, pemerintah juga sedang memonitor perkembangan pantun sebagai warisan
budaya tak benda. Kemdikbudristek melalui Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR)
tengah melakukan evaluasi keberadaan pantun di tengah masyarakat. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.