Anetry.Net – Dalam perjalanan hidup manusia, kadang aral melintang ditemui di antara onak dan duri. Begitu banyak yang perlu diwaspadai, menjaga diri dari segala keburukan, baik dari diri sendiri maupun yang datang dari orang lain.
Satu hal penting yang perlu pula dipahami adalah
persoalan menjaga marwah diri agar tidak diremehkan, tidak diinjak atau
dijadikan bulan-bulanan nasib dan perilaku buruk pihak lain.
Biasanya, seorang yang paham tentang aturan dan tuntunan,
akan bergejolak batinnya ketika perlakuan buruk ditimpakan oleh seseorang atau
sekelompok orang pada dirinya. Gejolak dalam diri itu lahir dari
ketersinggungan.
Bila anda diperlakukan semena-mena, sejatinya sebagai
diri yang memiliki pengetahuan ketuhanan, akan merasakan gejolak
ketersinggungan tersebut. Gejolak kejiwaan itu, melahirkan yang dinamakan dalam
istilah agama sebagai ‘ammarah.
‘Ammarah dalam bahasa Indonesia, bersinonim dengan kata ‘marah’
sebagai bahasa serapannya. Lalu bolehkah seseorang merasa marah? Bolehkah
telinga ditipiskan dan tidak ingin mendengar perlakuan buruk dari orang lain?
Dalam Islam, ‘ammarah dibagi dalam beberapa tingkatan.
Dalam kajian filsafat, kemarahan terbentuk oleh tiga alur yang harus dipahami
oleh setiap orang. Ada marah yang haram, sunnah, dan wajib.
Kapan manusia diharamkan marah? Yakni saat kemarahan itu
akan merusak diri dan orang lain. Bila pula seseorang disunnahkan marah? Yaitu
ketika kemarahan tersebut dinilai lebih bermanfaat dilakukan demi menjaga
sesuatu yang bersifat kifayah.
Lalu, bila masanya marah yang diwajibkan? Kemarahan yang
diwajibkan kepada diri seseorang dalam tuntunan Islam ada dua alasan. Alasan
pertama adalah ketika agama yang kita anut dilecehkan dan dihina orang lain.
Maka di saat itu kemarahan menjadi wajib hukumnya.
Yang kedua, marah diwajibkan ketika harga diri
direndahkan, dilecehkan, dianggap sepele, atau dimanipulasi karena sebuah
kepentingan. Kemarahan tentang harga diri yang diperlakukan semena-mena itu,
bukan sesuatu yang tidak wajar, bahkan wajib hukumnya selayaknya wajib membela
diri dari kejahatan.
Persoalan ‘ammarah, juga berkaitan dengan akhlak yang
menjadi pembeda antara manusia berakal dan tidak. Bila manusia memiliki akal,
sehat secara kejiwaan, maka akhlaknya akan lebih baik daripada hewan. Bila
akhlaknya tidak ada sama sekali, atau berkurang dari standar yang telah
ditetapkan dalam tuntunan agama, maka dia akan dianggap lebih rendah daripada
binatang.
Seorang budayawan, Sujiwo Tedjo dalam sebuah diskusi sempat
marah besar pada penanggap. Ia marah karena setelah si penanggap bertanya dan
ia memberi jawaban untuk pertanyaan itu, si penanggap malah memainkan ponsel
tanpa memedulikan jawaban yang sedang dipaparkan kepadanya.
Kala itu, Sujiwo Tedjo marah besar. Tapi kemarahannya
adalah kemarahan yang mendidik. Ia mengatakan, ibadahmu, kepintaranmu, adalah urusannmu
sendiri dengan Tuhanmu. Tetapi urusanmu denganku adalah urusan akhlak.
Dari fakta di atas, jelaslah bahwa kemarahan seseorang
lebih banyak berkaitan dengan urusan mu’ammalah (hubungan atau komunikasi
sosial). Komunikasi, menjadi bagian utama dari perilaku seorang manusia yang
mengaku cerdas memahami alur hidup.
Siapa yang mau dikatakan tidak berakhlak? Semua orang
akan langsung berdiri tegak dan marah. Tapi tanpa ia sadari dirinya telah lupa
melakukan atau berperilaku buruk pada orang lain. Inilah yang disebut akhlak,
inilah yang menjadi ukuran kemanusiaan.
Bila akhlak telah hilang dalam diri, semuanya dilakukan
manusia tanpa basa-basi, akhlak yang hilang turut membawa rasa malu hanyut
entah kemana.
Makanya, dalam hidup, jangan pernah rendahkan dan
remehkan siapapun. Karena hakikatnya semua manusia sama di mata Allah, siapa
yang bertakwa dan berakhlak mulia-lah yang akan ditempatkan lebih baik pada
maqamnya.
Dan rasa marah yang wajib dipelihara, tetap harus
diperhatikan agar terkendali pada hal-hal yang ditentukan saja. Jaga harga diri
dari perlakuan buruk siapapun, jangan permisif karena alasan pergaulan sosial. (Ilustrasi" iStockphoto)
Penulis: NITM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.