Jakarta, Anetry.Net – Indonesia kini bisa berbangga, laptop Merah Putih buatan dalam negeri hadir jadi solusi digital untuk pendidikan.
Laptop Merah Putih yang digarap secara
konsorsium dengan beberapa kampus memiliki berbagai keunggulan, antara lain
kapasitas internalnya yang mumpuni. Dosen Teknik Elektro Institut Sepuluh
Nopember (ITS) Ahmad Affandi memperkenalkan produk ini dalam Pameran Hakteknas,
Rabu (10/8) lalu.
Produksi ini meningkatkan Tingkat
Kemampuan Dalam Negeri (TKDN) sebagai proyek strategis yang didanai oleh
negara. Menurut Ahmad, mayoritas perguruan tinggi belum memiliki pengalaman
menghitung TKDN dan proses elektronika. Perguruan tinggi baru terbiasa
merealisasikan produksi dengan jumlah yang terbatas. Harapannya ke depan,
laptop ini dapat diproduksi massal.
“Jika ingin produk ini dapat
berkompetisi dengan baik, maka harus bersedia memproduksi dengan jumlah yang
jutaan,” ujar Ahmad, seperti dikutip dalam rilis Ditjen Diktiristek di Jakarta,
Kamis (11/8).
Penelitian ini dimulai dari laptop dan
tablet merah putih. Hal yang cukup penting untuk dipertimbangkan adalah
spesifikasi laptop, subkomponen, desain dan menyiapkan rancangan.
“Laptop ini juga mempertimbangkan
produksi dan kita harus mengikuti alur industri bagaimana laptop ini dibuat.
Ada sertifikasi untuk mobile service, Integrated Marketing Communication (IMC),
dan sertifikasi TKDN,” lanjut Ahmad.
Dalam konsorsium Laptop Merah Putih, ITS
memilih membuat peralatan elektronik, karena jumlah kebutuhan akan hal tersebut
cukup banyak. Harapannya apabila ada pendanaan di kemudian hari, akan
meningkatkan TKDN Laptop Merah Putih.
Dalam pembuatan laptop ini juga turut
serta sepuluh peserta Magang dan Student Independent Bersertifikat (MSIB) dari
lima kampus yaitu ITS, Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia
(UI), Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Telkom University. Mahasiswa yang
tergabung difasilitasi training dari industri agar memiliki pengalaman yang
dapat berguna di kemudian hari.
Diharapkan laptop ini tidak hanya
berhenti disatu penelitian saja, sehingga tercipta produk yang kolaboratif
dengan industri, hingga mendapat lisensi.
“Institut Teknologi Sepuluh Nopember
sudah menunjukkan bahwa perguruan tinggi itu mampu menjalani proyek, untuk
masalah programming sudah mampu karena sudah pernah belajar kurang lebih dalam
satu tahun. Kegiatan ini sudah mendapatkan sertifikasi serta untuk
mengembangkan proyek ini tergantung bagaimana mengkoordinasikannya dengan
pemerintah, bisnis dan pendidikan agar cycle ini tetap berjalan,”
pungkas Ahmad. (Sumber: infopublik/Foto:
Ditjen Diktiristek)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.