Pasuruan, Anetry.Net –Kurikulum Merdeka bukan sekadar dimaknai sebagai ganti judul atau ganti dokumen.
Lebih jauh dari itu, pengimplementasian Kurikulum Merdeka harus
dimaknai sebagai transformasi pembelajaran yang bertujuan mengubah cara
pembelajaran supaya lebih efektif.
Hal tersebut
ditegaskan oleh Analis Kebijakan Ahli Utama Direktorat SMA Kemdikbudristek Totok Supriyanto pada pertemuan antara tim
kunjungan kerja Implementasi Kurikulum Merdeka Kemendikbudristek dengan para
guru, kepala sekolah, dan pejabat pemerintah Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, di
SMAN 1 Grati Pasuruan, pekan lalu.
“Jika kita
berpikir mengganti kurikulum adalah tujuan, maka yang akan terjadi adalah
kurikulum berganti, namun pembelajaran sama saja. Namun, bukan perubahan
semacam ini yang kita harapkan,” tegasnya.
Salah satu
gagasan penting dalam Kurikulum Merdeka, imbuh Totok, adalah memerdekakan guru.
Cara mengajar adalah area kreatif guru yang tidak boleh dijajah, dibelenggu, dan
diikat oleh aturan-aturan yang mempersulit. Ikhtiar yang sedang dilakukan oleh
Kemendikbudristek melalui Kurikulum Merdeka adalah membuat area belajar sebagai
area sekolah yang harus merdeka.
Lebih lanjut
Totok menjelaskan bahwa ikhtiar tersebut tergambar melalui struktur Kurikulum
Merdeka yang terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah yang bersifat
nasional. Di dalamnya ada standar output pendidikan, prinsip pembelajaran, dan prinsip asesmen.
Bagian pertama
ini merupakan standar nasional yang sangat generik. Lalu, bagian kedua disebut
kurikulum operasional satuan pendidikan. Wilayah inilah yang menjadi ranah
kemerdekaan guru dan satuan pendidikan.
Ia
pun tidak menampik bahwa untuk
menciptakan tradisi dan paradigma baru, serta melaksanakan pembelajaran yang
lebih bagus, maka guru harus siap. Untuk itu, Kemendikbudristek telah
menyiapkan pendekatan baru untuk mempersiapkan guru.
Berbeda dengan
sebelumnya, pendekatan yang dipilih bukan melalui pelatihan berjenjang atau
bimbingan teknis, melainkan mendorong guru untuk belajar secara mandiri.
“Kemdikbudristek
mendorong Bapak dan Ibu guru untuk belajar dari berbagai sumber. Salah satu
yang kita persiapkan adalah platform Merdeka Mengajar,” ujarnya.
Platform
Merdeka Mengajar (PMM)
menyediakan referensi bagi
guru untuk mengembangkan praktik mengajar sesuai dengan Kurikulum Merdeka.
Melalui platform Merdeka Mengajar, guru memiliki kesempatan yang setara untuk
terus belajar dan mengembangkan kompetensinya kapan pun dan di mana pun,
sekaligus berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan sesama rekan guru.
Ia mengaku optimistis satuan pendidikan di
Kabupaten Pasuruan mampu membuat kurikulum operasional. Hal tersebut bukan
tanpa alasan, sebab selain telah mengakses platform Merdeka Mengajar, sebagian
besar guru di Kabupaten Pasuruan juga sudah memiliki tradisi berbagi pengalaman
dalam mengajar.
Hal tersebut,
menurutnya, merupakan modal penting bagi sekolah
untuk mempersiapkan kurikulum operasional, silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, dan bahan-bahan ajar sesuai dengan Kurikulum Merdeka.
“Dengan Kurikulum Merdeka, Bapak dan Ibu guru
merdeka dalam merencanakan, merdeka dalam melaksanakan pembelajaran,”
pungkasnya. (sumber: laman kemdikbudristek)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.