Halmahera Timur, Anetry.Net – Plt. Direktur Mitras DUDI Ditjen Diksi Kemdikbudristek Saryadi kuunjungi sejumlah sekolah di Kabupaten Halmahera Timur, Malaku Utara.
Kunjungan itu
dilakukan dalam rangka meninjau pelaksanaan Kurikulum Merdeka. Salah satu sekolah yang dikunjungi adalah Sekolah Dasar Negeri
(SDN) Subaim 2, Halmahera Timur yang telah mendaftar Implementasi
Kurikulum Merdeka Mandiri Berubah di Platform Merdeka Mengajar.
Saryadi menyosialisasikan pentingnya penerapan Kurikulum Merdeka yang tepat
dan sesuai esensi. Oleh karena itu, ia mendorong kepala sekolah dan guru untuk
memanfaatkan platform Merdeka Mengajar dan komunitas belajar untuk mendukung
Implementasi Kurikulum Merdeka.
"Platform Merdeka Mengajar (PMM),
akan membantu guru dalam mendapatkan referensi, inspirasi, dan pemahaman untuk
menerapkan Kurikulum Merdeka,” ujar Saryadi beberapa hari lalu.
Bagi sekolah yang mengimplementasikan
Kurikulum Merdeka diharapkan secara mandiri maupun bersama komunitas belajarnya
memanfaatkan PMM dengan baik.
Saryadi juga menekankan bahwa
implementasi kurikulum di satuan pendidikan baik Kurikulum 2013,
Kurikulum Darurat, maupun Kurikulum Merdeka tidak berpengaruh pada kinerja
suatu daerah. Begitu juga keaktifan guru dalam menggunakan PMM bukan menjadi
indikator keberhasilan dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.
“Para guru bersama komunitas belajar
dapat menggunakan bahan-bahan yang tersedia dalam platform Merdeka Mengajar
maupun mengunduh panduan dan buku-buku teks yang tersedia di laman https://kurikulum.kemdikbud.go.id,"
ujarnya seraya mengajak para guru untuk mengaktivasi akun belajar.id dan
menggunakan Platform Merdeka Mengajar PMM.
Ia menyadari, dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka masih banyak kendala
yang dihadapi dalam pelaksanaannya. Salah satunya, berdasarkan hasil pantauan
di lapangan ditemukan tantangan terkait optimalisasi pemanfaatan PMM.
Kunjungan kerja ini menurutnya adalah
kesempatan yang baik untuk meluruskan miskonsepsi yang terjadi melalui dialog
dengan pemangku kepentingan terkait seperti guru, kepala sekolah, dinas
pendidikan, pemerintah daerah, dan orang tua siswa.
Saryadi mengungkapkan, kunjungan kerja
kali ini selain untuk melihat implementasi Kurikulum Merdeka di SDN Subaim 2
Halmahera Timur, juga dalam rangka silaturahmi dengan jajaran pimpinan daerah,
kepala sekolah serta guru dari sekolah yang mengimplementasikan Kurikulum
Merdeka di Halmahera Timur.
Dalam penjelasannya, ia mengemukakan
bahwa ada sejumlah kelebihan dari Kurikulum Merdeka. Salah satunya kurikulum
ini lebih sederhana dan mendalam karena fokus pada materi yang esensial dan
pengembangan kompetensi peserta didik sesuai fasenya.
“Dengan Kurikulum Merdeka, belajar
menjadi lebih mendalam, bermakna, tidak terburu-buru serta menyenangkan,” ujar
Saryadi.
Selain itu, kurikulum ini juga lebih
fleksibel. Misalnya, bagi peserta didik di jenjang pendidikan SMA, tidak ada
lagi program peminatan. Siswa diberi kebebasan memilih mata pelajaran sesuai
minatnya.
Sedangkan guru mengajar sesuai dengan
tahap capaian dan perkembangan peserta didik. Sekolah diberi kewenang untuk
mengembangkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan
pendidikan dan peserta didik.
Saryadi menambahkan, Kurikulum Merdeka
lebih relevan dan interaktif. Pembelajaran yang dilakukan melalui project based
learning (PBL), memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif
mengeksplorasi isu-isu aktual untuk mendukung pengembangan karakter peserta
didik.
Untuk membantu satuan pendidikan
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka sesuai kondisi satuan pendidikan,
Kemdikbudristek telah menyiapkan tiga pilihan jalur, yakni jalur Mandiri
Belajar, Mandiri Berubah dan Mandiri Berbagi.
Kurikulum Merdeka Mandiri Belajar
memberikan kebebasan satuan pendidikan untuk menerapkan beberapa bagian dari
prinsip Kurikulum Merdeka, tanpa mengganti kurikulum di satuan pendidikan yang
sedang diterapkan.
Sedangkan, Kurikulum Merdeka jalur
Mandiri Berubah memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan menggunakan
perangkat ajar yang sudah disediakan pada satuan pendidikan.
Sementara itu, Kurikulum Merdeka jalur
Mandiri Berbagi, memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan dalam
menerapkan Kurikulum Merdeka dengan mengembangkan sendiri berbagai perangkat
ajar.
“Saya yakin sekolah telah menentukan
jalur apa yang akan dipilih pada tahun ajaran baru mendatang,” ujar Saryadi
memotivasi.
Namun demikian, Direktur Saryadi
menyebutkan adanya miskonsepsi di masyarakat terkait pelaksanaan Kurikulum
Merdeka yang terkait kebijakan, substansi, maupun strategi pelaksanaan
Kurikulum Merdeka yang berdampak kepada sekolah untuk memilih Kurikulum
Merdeka.
"Ada anggapan bahwa satuan
pendidikan harus melaksanakan kurikulum merdeka di tahun ajaran
2022/2023," ungkap Saryadi.
Padahal saat ini Kurikulum Merdeka belum
menjadi keharusan bagi satuan pendidikan untuk menerapkannya. Kurikulum
Merdeka bisa dipilih sekolah sesuai kondisi kesiapan satuan pendidikan.
Dalam menentukan pilihan Kurikulum
Merdeka, pemerintah daerah (Pemda) dan dinas pendidikan tidak boleh memaksakan
satuan pendidikan untuk memilih jalur tertentu. “Pemda hanya perlu mendorong
satuan pendidikan melakukan refleksi sesuai dengan kondisi dan kesiapan satuan
pendidikan masing-masing,” ujar Saryadi.
Satuan pendidikan tetap dapat menerapkan
Kurikulum Merdeka dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia asalkan terus
belajar secara berkelanjutan dan bersama-sama merefleksikan diri untuk bisa
menerapkan kurikulum sesuai dengan kesiapan sekolah.
Kurikulum Merdeka menjadikan siswa
sebagai fokus utama maka penting bagi guru untuk mengenali siswanya lebih dulu
sebagai strategi sebelum mengawali pembelajaran. Sebagaimana filosofi Kurikulum
Merdeka.
“Mari kita kita terus meningkatkan
kompetensi diri melalui pelatihan mandiri secara bertahap bersama komunitas
maupun mengundang narasumber praktik baik demi memberikan layanan pembelajaran
yang berkualitas dan bermakna sesuai dengan tahap perkembangan murid-murid
kita,” pungkasnya. (sumber: laman kemdikbud)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.