Kunjungi Halmahera Timur, Kemdikbudristek Dorong Pemanfaatan Platform Merdeka - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Minggu, 07 Agustus 2022

Kunjungi Halmahera Timur, Kemdikbudristek Dorong Pemanfaatan Platform Merdeka


Halmahera Timur, Anetry.Net
Plt. Direktur Mitras DUDI Ditjen Diksi Kemdikbudristek Saryadi kuunjungi sejumlah sekolah  di Kabupaten Halmahera Timur, Malaku Utara.

 

Kunjungan itu dilakukan dalam rangka meninjau pelaksanaan Kurikulum Merdeka. Salah satu sekolah yang dikunjungi adalah Sekolah Dasar  Negeri (SDN) Subaim 2,  Halmahera Timur yang telah mendaftar Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri Berubah di Platform Merdeka  Mengajar.

 

Saryadi menyosialisasikan pentingnya penerapan Kurikulum Merdeka yang tepat dan sesuai esensi. Oleh karena itu, ia mendorong kepala sekolah dan guru untuk memanfaatkan platform Merdeka Mengajar dan komunitas belajar untuk mendukung Implementasi Kurikulum Merdeka.

 

"Platform Merdeka Mengajar (PMM), akan membantu guru dalam mendapatkan referensi, inspirasi, dan pemahaman untuk menerapkan Kurikulum Merdeka,” ujar Saryadi beberapa hari lalu.

 

Bagi sekolah yang mengimplementasikan Kurikulum Merdeka diharapkan secara mandiri maupun bersama komunitas belajarnya memanfaatkan PMM dengan baik.

 

Saryadi juga menekankan bahwa implementasi kurikulum di satuan pendidikan  baik Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat, maupun Kurikulum Merdeka tidak berpengaruh pada kinerja suatu daerah. Begitu juga keaktifan guru dalam menggunakan PMM bukan menjadi indikator keberhasilan dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.

 

“Para guru bersama komunitas belajar dapat menggunakan bahan-bahan yang tersedia dalam platform Merdeka Mengajar maupun mengunduh panduan dan buku-buku teks yang tersedia di laman https://kurikulum.kemdikbud.go.id," ujarnya seraya mengajak para guru untuk mengaktivasi akun belajar.id dan menggunakan Platform Merdeka Mengajar PMM.

 

Ia menyadari, dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka masih banyak kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya. Salah satunya, berdasarkan hasil pantauan di lapangan ditemukan tantangan terkait optimalisasi pemanfaatan PMM.

 

Kunjungan kerja ini menurutnya adalah kesempatan yang baik untuk meluruskan miskonsepsi yang terjadi melalui dialog dengan pemangku kepentingan terkait seperti guru, kepala sekolah, dinas pendidikan, pemerintah daerah, dan orang tua siswa. 

 

Saryadi mengungkapkan, kunjungan kerja kali ini selain untuk melihat implementasi Kurikulum Merdeka di SDN Subaim 2 Halmahera Timur, juga dalam rangka silaturahmi dengan jajaran pimpinan daerah, kepala sekolah serta  guru dari sekolah yang mengimplementasikan Kurikulum Merdeka di Halmahera Timur.

 

Dalam penjelasannya, ia mengemukakan bahwa ada sejumlah kelebihan dari Kurikulum Merdeka. Salah satunya kurikulum ini lebih sederhana dan mendalam karena fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik sesuai fasenya.

 

“Dengan Kurikulum Merdeka, belajar menjadi lebih mendalam, bermakna, tidak terburu-buru serta menyenangkan,” ujar Saryadi.

 

Selain itu, kurikulum ini juga lebih fleksibel. Misalnya, bagi peserta didik di jenjang pendidikan SMA, tidak ada lagi program peminatan. Siswa diberi kebebasan memilih mata pelajaran sesuai minatnya.

 

Sedangkan guru mengajar sesuai dengan tahap capaian dan perkembangan peserta didik. Sekolah diberi kewenang untuk mengembangkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik.

 

Saryadi menambahkan, Kurikulum Merdeka lebih relevan dan interaktif. Pembelajaran yang dilakukan melalui project based learning (PBL), memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif mengeksplorasi isu-isu aktual untuk mendukung pengembangan karakter peserta didik.

 

Untuk membantu satuan pendidikan mengimplementasikan Kurikulum Merdeka sesuai kondisi satuan pendidikan,  Kemdikbudristek telah menyiapkan tiga pilihan jalur, yakni jalur Mandiri Belajar, Mandiri Berubah dan Mandiri Berbagi.

 

Kurikulum Merdeka Mandiri Belajar memberikan kebebasan satuan pendidikan untuk menerapkan beberapa bagian dari prinsip Kurikulum Merdeka, tanpa mengganti kurikulum di satuan pendidikan yang sedang diterapkan.

 

Sedangkan, Kurikulum Merdeka jalur Mandiri Berubah memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan menggunakan perangkat ajar yang sudah disediakan pada satuan pendidikan.

 

Sementara itu, Kurikulum Merdeka jalur Mandiri Berbagi, memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan dalam menerapkan Kurikulum Merdeka dengan mengembangkan sendiri berbagai perangkat ajar.

 

“Saya yakin sekolah telah menentukan jalur apa yang akan dipilih pada tahun ajaran baru mendatang,” ujar Saryadi memotivasi.

 

Namun demikian, Direktur Saryadi menyebutkan adanya miskonsepsi di masyarakat terkait pelaksanaan Kurikulum Merdeka yang terkait kebijakan, substansi, maupun strategi pelaksanaan Kurikulum Merdeka  yang berdampak kepada sekolah untuk memilih Kurikulum Merdeka.

 

"Ada anggapan bahwa satuan pendidikan harus melaksanakan kurikulum merdeka di tahun ajaran 2022/2023," ungkap Saryadi.

 

Padahal saat ini Kurikulum Merdeka belum menjadi keharusan bagi satuan pendidikan untuk  menerapkannya. Kurikulum Merdeka bisa dipilih sekolah sesuai kondisi kesiapan satuan pendidikan.

 

Dalam menentukan pilihan Kurikulum Merdeka, pemerintah daerah (Pemda) dan dinas pendidikan tidak boleh memaksakan satuan pendidikan untuk memilih jalur tertentu. “Pemda hanya perlu mendorong satuan pendidikan melakukan refleksi sesuai dengan kondisi dan kesiapan satuan pendidikan masing-masing,” ujar Saryadi.

 

Satuan pendidikan tetap dapat menerapkan Kurikulum Merdeka dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia asalkan terus belajar secara berkelanjutan dan bersama-sama merefleksikan diri untuk bisa menerapkan kurikulum sesuai dengan kesiapan sekolah.

 

Kurikulum Merdeka menjadikan siswa sebagai fokus utama maka penting bagi guru untuk mengenali siswanya lebih dulu sebagai strategi sebelum mengawali pembelajaran. Sebagaimana filosofi Kurikulum Merdeka.

 

“Mari kita  kita terus meningkatkan kompetensi diri melalui pelatihan mandiri secara bertahap bersama komunitas maupun mengundang narasumber praktik baik demi memberikan layanan pembelajaran yang berkualitas dan bermakna sesuai dengan tahap perkembangan murid-murid kita,” pungkasnya. (sumber: laman kemdikbud)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad