Jakarta, Anetry.Net – Kisah mereka yang hidup di gunungan sampah Bantar Gebang sering membuat hati miris. Terutama mereka yang masih anak-anak, kadang harus terlantar pendidikannya.
Pemandangan dan bau tak sedap adalah
fakta yang harus dihadapi sepanjang waktu oleh warga sekitar kawasan Tempat Pembuangan
Sampah Terpadu (TPSP) Bantar Gebang itu.
Melansir perjalanan jurnalis dari
detikcom ke lokasi menemui sosok yang dikenal sebagai pemerhati pendidikan
anak-anak terlantar di sana, tim Sosok dari media tersebut bertemu dengan
dengan Resa Boenard.
Resa adalah pendiri Kingdom of BGBJ 18
tahun lalu. Ia menceritakan "masa kecilku seperti anak-anak lainnya. Hanya
saja, aku lahir di tempat pembuangan sampah.”
“Tapi aku tidak putus harapan, aku
percaya diri. Malah tersenyum pada semua orang,” sebutnya menceritakan
kehidupannya di tengah lautan sampah yang diwarnai beragam perundungan.
Tinggal di pembuangan sampah yang setiap
saat selalu berhadapan dengan kerasnya dunia itu, Resa tumbuh dan mulai paham
bahwa anak-anak di seputarnya kurang pendidikan.
Lalu
pada tahun 2004 ia mendirikan sanggar tempat belajar anak-anak di sekitarnya.
Nama sanggar itu adalah Sanggar Bantar Gebang atau Sanggar Satu untuk Semua.
Itulah sanggar yang 11 tahun kemudian berubah nama menjadi Kingdom od Bantar
Gebang Biji (BGBJ).
Resa menceritakan
kepada tim DetikCom, kelompok belajar di BGBJ terdiri
dari kelas calistung, bahasa Inggris, kelas motivasi, musik, dan workshop recycle. Kelas motivasi menjadi
program utama Resa. Alasannya, banyak anak-anak Bantar Gebang yang tidak
percaya diri dengan latar belakang mereka.
"Segitu beratnya label anak-anak
Bantar Gebang membuat anak-anak ini merasa mereka itu nggak punya arti apa-apa karena mereka 'anak sampah',"
tuturnya.
Usaha Resa tak sia-sia. Ia melihat
sendiri bagaimana anak-anak didiknya memupuk kepercayaan diri lewat berbagai
program di BGBJ.
"Sekarang perubahannya aku lihat
anak-anak di Bantar Gebang ini di BGBJ mereka mulai percaya diri. Dulu kalau
misalnya ada Kongres Anak atau acara apapun itu berhubungan dengan anak-anak,
mereka dibawa ke Jakarta atau ke tempat yang lain itu mereka selalu memisahkan
diri di pojokan. Minder karena mereka dari Bantar Gebang," jelas Resa.
Untuk ikut belajar di
sanggar, Resa tak memungut biaya pada anak-anak Bantar
Gebang. Ia malah banyak menyalurkan bantuan pokok pada keluarga anak-anak
didiknya. Baginya, melihat anak-anak Bantar Gebang termotivasi dan sadar
pendidikan sudah menjadi imbalan yang besar.
Tetapi, sejak akhir 2021 Resa sedang disibukkan dengan rencana BGBJ untuk
pindah lokasi. Mempertahankan BGBJ di Bantar Gebang sudah tak lagi jadi opsi.
Sebab, proyek pemerintah sedang akan dikerjakan di atas tanah BGBJ.
Kini, Resa sedang fokus menggalang dana
untuk membeli lahan yang akan menjadi markas baru BGBJ. Semangatnya semakin
menebal. Di masa-masa sulit seperti itu, ia dibantu anak-anak didik BGBJ serta
para orang tuanya untuk mengemasi barang-barang BGBJ untuk dibawa ke tempat
baru.
"Tanah yang baru itu (harganya) 2,4
miliar. Kita harus mencari 1,4 miliar lagi. Jadi sudah punya 1 miliar sekarang.
Ya minggu-minggu ini kegiatan kita lebih banyak curhat-curhat sama adik-adik
dan juga berdoa," tutur Resa. (sumber: Sosok; Detikcom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.