Jakarta, Anetry.Net – Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Iwan Syahril menuturkan, pemulihan pendidikan global sangat penting dibahas untuk meraih tujuan pulih bersama.
Apalagi, katanya, Indonesia saat ini memimpin Presidensi G20 tahun 2022 dan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) mengemban amanat
pemulihan bersama.
“Siswa di seluruh dunia menghadapi
masalah akses mendapatkan pembelajaran dan resiko kehilangan pembelajaran atau
learning loss. Ini yang harus kita sikapi bersama-sama,” tutur Iwan dalam
keterangannya (9/7).
Menurut Iwan, lewat pembelajaran tatap
muka di sekolah, murid-murid mendapatkan lingkungan belajar yang lebih baik.
“Selain itu, berbagai studi menunjukkan
bahwa pembelajaran tatap muka masih merupakan metode paling baik bagi para
siswa, baik anak-anak dan anak-anak muda kita,” ucap Iwan.
Senada dengan itu, Chief of Education,
United Nations Children’s Fund (UNICEF), Katheryn Bennett mengungkapkan bahwa
pertemuan tatap muka antara guru dan murid, serta murid dengan teman-teman
sekolahnya, tidak bisa tergantikan di negara manapun.
“Pembelajaran digital memang telah
menolong masyarakat global lebih mudah mengakses pembelajaran. Tapi, kita tahu
bahwa anak-anak belajar paling efektif kalau mereka duduk di kelas,
berinteraksi dengan guru, dan bergaul dengan teman sekelas. PTM tidak ada
gantinya. Ini pentingnya menjaga sekolah tetap buka. Mari kembalikan semua
siswa ke sekolah,” tegas Katheryn.
Katanya, kita harus paham bahwa sekolah bukan hanya tempat belajar, tapi
tempat anak bersosialisasi dan mengembangkan kedewasaan emosional anak. Kita
tidak bisa mengabaikan itu. Dampak learning loss sangat besar, tapi
dampak psikososial juga sangat tinggi.
“Maka itu kita harus berusaha mendukung anak-anak kembali ke
sekolah,” jelasnya.
Penelitian menunjukkan, lanjut Katheryn,
semakin lama anak-anak berada di luar sekolah, semakin kecil juga kemungkinan
mereka kembali ke sekolah.
“Kita memang belum keluar dari pandemi,
tapi kita sudah punya tindakan-tindakan pengamanan (safeguards), pemahaman yang
lebih baik tentang virusnya, vaksin, dan lain sebagainya,” urainya. (sumber: infopublik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.