Surakarta, Anetry.Net -- Pemerintah Kota Surakarta melakukan uji coba Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) atau Pengolahan Sampah untuk Energi Listrik (PSEL) Putri Cempo.
Pengujian dilakukan untuk memastikan kondisi mesin yang
terpasang. Hal itu dilakukan setelah molor beberapa waktu karena pandemi
Covid-19, Selasa (28/7).
Dalam uji coba kali itu, hanya empat mesin yang
dijalankan. Sedangkan empat mesin lainnya belum terpasang. Teknologi yang
digunakan adalah wet pyrolysis, gasification (1500oC), syngas treatment, dan
gas engine, di mana teknologi tersebut dapat memproduksi listrik yang lebih
besar karena memiliki recovery energi dan efisiensi yang tinggi.
Wet pyrolysis akan mengubah sampah padat perkotaan
menjadi biochar. Selanjutnya, melalui proses gasifikasi, biochar diubah menjadi
gas sintetis yang kemudian dikonversi menjadi energi listrik.
Sebenarnya, untuk produksi secara resmi dapat dilakukan
pada Desember tahun ini, menyusul sudah terpasangnya seluruh alat produksi.
"Totalnya (alat) ada delapan unit, hingga saat ini baru empat unit yang
terpasang. Kami menunggu yang besar-besar belum datang, masih dalam
perjalanan," kata Direktur PT Solo Citra Metro Plasma Power (SCMPP) Elan
Syuherlan, di sela uji coba di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri
Cempo Solo yang berlokasi di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Solo.
"Sampah masuk ke pembakaran. Kemudian masuk ke
junction box dari situ masuk ke siklon. Lalu masuk ke back filter, jadi
saringan udara untuk membersihkan singgahnya dari saringan udara masuk.
Kemudian, ke head exchanger untuk menurunkan temperatur. Setelah itu baru
dilakukan filter halus untuk menyaring partikel-partikel halus. Setelah bersih,
masuk ke mesin gas engine generator genset," kata Elan Syuherlan.
Elan optimistis, pada Januari 2023 sudah bisa menjual
daya listrik yang diproduksi kepada PT PLN (Persero). Volume listrik yang
diproduksi dari olahan sampah ini sebesar 8 megawatt (MW). Dari total tersebut,
5 MW di antaranya akan dijual ke PLN, sedangkan 3 MW akan digunakan sendiri
oleh PLTSa Putri Cempo.
Untuk delapan mesin yang dioperasikan nanti, diperlukan
545 ton sampah per hari. Saat ini, Kota Surakarta sendiri hanya mampu
menyediakan 350 ton. Oleh karenanya, ke depan, akan membangun komunikasi dengan
daerah se-Soloraya agar tidak perlu membuang sampah ke TPS lain, tetapi bisa
dibuang ke Solo.
"Akan kami lakukan penjajakan terutama daerah-daerah
yang berdekatan dengan kita. Seperti, Palur, kemudian Kartosuro, Boyolali.
Sebelah barat sama Karanganyar sebelah utara atau Sukoharjo pun bisa,"
kata Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Solo Ahyani.
PLTSa Surakarta akan memanfaatkan sebagian dari komposisi
sampah yang terakumulasi dari TPA Putri Cempo. TPA Putri Cempo Solo sendiri
sudah beroperasi sejak 1986. Saat ini menampung sekitar 1,5 juta ton sampah.
Ketinggian bukit sampah yang ada di lokasi tersebut sekitar 6--10 meter.
Sampah yang dapat diolah hanya sampah yang mengandung
karbon, seperti sampah organik dan sampah anorganik. Ia mengatakan, untuk
sampah anorganik yang dapat diolah di antaranya sampah plastik, kain, dan karet
sintetis. Oleh sebab itu, sebelum masuk mesin dipilah terlebih dahulu.
Meskipun melalui proses pembakaran, penggunaan sampah
sebagai bahan energi tidak akan mencemari lingkungan sekitar, karena gas yang
dihasilkan dari proses ini bebas dari TAR maupun kandungan berbahaya lainnya.
Sementara itu, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN)
memastikan pembelian listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
Surakarta seharga USD13,35 atau setara Rp1.800 per kWh. Sebelumnya, PLN telah
menandatangani perjanjian jual beli tenaga listrik (power purchase agreement)
dengan PT Solo Citra Metro Plasma Power, selaku pengelola PLTSa Surakarta, pada
akhir Desember 2018.
Pembelian listrik PLTSa Putri Cempo ini menjadi bagian
transformasi PLN melalui aspirasi green, dengan meningkatkan bauran energi baru
terbarukan (EBT), dalam penyediaan listrik nasional. PLN tak hanya membeli
listrik dari PLTSa, melainkan juga mendorong penggunaan biomassa sebagai
campuran bahan bakar PLTU melalui program co firing. Biomassa bisa diambil dari
limbah pertanian, limbah industri pengolahan kayu, hingga limbah rumah tangga.
Terkait jaringan, PT PLN (Persero) akan membangun
jaringan baru sejauh 6,5 kilometer dari pembangkit yang terletak di wilayah
Palur, untuk didistribusikan kepada seluruh masyarakat. PLTSa tersebut akan
memasok listrik ke sistem Gardu Induk Palur yang kemudian diatur pembagiannya
oleh Unit Pelaksana Pengatur Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.
Surakarta merupakan salah satu dari 12 kota yang ditunjuk
melalui Peraturan Presiden nomor 35 tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan
Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah
Lingkungan. Kota-kota lainnya adalah DKI Jakarta, Kota Tangerang, Tangerang
Selatan, Kota Bekasi, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Surabaya,
Kota Makassar, Kota Denpasar, Kota Palembang, dan Kota Manado. (Sumber: Indonesia.go.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.