Pekalongan, Anetry.Net – Bukan cuma laki-laki, para perempuan tangguh yang menjadi penemu juga cukup banyak dan pantas diketahui.
Di dunia
teknologi, banyak juga perempuan yang telah mendedikasikan pemikirannya,
temuannya, dan ilmu pengetahuannya untuk memberi manfaat bagi sesama.
Mengutip We
are Tech Woman, beberapa perempuan yang telah membuat perubahan melalui
kontribusinya di bidang ilmu pengetahun dan teknologi, antara lain:
Katsuko Saruhashi
Katsuko Saruhashi menjadi terkenal pada
1950-an ketika ia menyimpulkan bahwa karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan
manusia dan industri besar, mampu membunuh kehidupan laut. Saruhashi membawa
fakta ini ke perhatian dunia, kemudian mempersenjatai para ilmuwan dengan
sistem untuk mengukur kandungan CO2.
Tabel Saruhashi pun hingga saat ini,
masih digunakan. Pada 1960-an, dia mengalihkan perhatiannya ke limbah nuklir. Saruhashi
menemukan, dalam waktu 18 bulan, air radioaktif telah muncul di bibir pantai
Jepang. Penelitiannya ini, kemudian membantu memperketat hukum laut yang
mengatur ketat kegiatan eksperimen nuklir.
Lahir di Tokyo, 22 Maret 1920, Saruhashi
yang mendapat julukan ‘pengamat hujan’ ini, awalnya memang dikenal sering
melamun sambil mengamati lamat-lamat rintikan hujan yang turun dari balik
jendela kelas. Dalam hati, ia bertanya, apa yang membuat hujan turun.
Saruhashi kemudian meninggal pada 29
September 2007. Kontribusinya di dunia geokimia, menjadi bukti bahwa perempuan
pun bisa berbicara banyak di dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang
didominasi kaum adam.
Marie Van Brittan Brown
Marie
Van Brittan Brown adalah penemu sistem keamanan rumah pertama di dunia.
Awalnya, Brown bekerja berjam-jam sebagai perawat dan sering sendirian di rumah
di Queens, New York pada 1960-an.
Khawatir
akan keselamatannya, dia memutuskan untuk mengambil tindakan sendiri dengan
menciptakan sistem keamanan rumah pertama di dunia. Bekerja sama dengan
suaminya Albert, ia mengebor empat lubang pengintip melalui pintunya, lalu
memasang kamera yang terpasang pada motor yang dapat bergerak di antara empat
lubang atas perintah pemilik rumah.
Kamera
ini kemudian dipasang ke monitor di kamar tidur Brown. Tak ketinggalan, ada
pula mikrofon yang dipasang sehingga ia bisa berbicara dengan pengetuk pintu
tanpa harus turun dari tempat tidur.
Jika
pengetuk pintu diterima, tombol dapat ditekan untuk membuka pintu dari jarak
jauh. Jika tidak, tombol yang terpisah akan mengeluarkan suara ke layanan
darurat.
Duo
suami dan istri ini, kemudian mengajukan paten pada 1966 dan cetak biru awal
dari penemuan ini masih menginspirasi berbagai penemuan konsep smart
home hingga hari ini.
Stephanie Kwolek
Nama
Stephanie Kwolek sampai saat ini masih dikenang karena ia menemukan bahan
Kevlar atau Poly-paraphenylene terephthalamide, yang merupakan material serat
fiber aramid pada 1965.
Saat
itu, dia adalah karyawan DuPont yang bekerja untuk menemukan bahan ringan yang
dapat memperkuat ban mobil.
Kwolek
menghabiskan waktunya bereksperimen dengan larutan cair yang dia cairkan pada
suhu mencapai 200 derajat Celcius dan “dipintal” menjadi untaian tipis
berserat. Proses ini secara umum mirip dengan proses pembuatan permen kapas.
Kwolek
menemukan bahwa, dengan menurunkan suhu, dia dapat memutar sesuatu yang sangat
kuat, kaku, dan ringan, yaitu Kevlar. Ini adalah benang berwarna yang lima kali
lebih kuat dari baja dan telah memperkuat jaket polisi dan militer sejak
memasuki produksi massal pada 1971.
Kwolek
juga menjadi satu-satunya karyawan perempuan dari DuPont yang memperoleh
penghargaan Lavoisier atas prestasinya yang luar biasa. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.