Yogyakarta, Anetry.Net – Masalah anak di bawah umur pelaku kejahatan jalan di wilayah Yogyakarta sering terjadi.
Sebelumnya juga marak kejahatan klitih di
jalanan Yogyakarta. Untuk mengatasi hal tersebut, Kepala Kepala Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyarankan
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengimplementasikan pendidikan
karakter Mataraman.
Hasto
menyebut, Mataraman memiliki
budaya-budaya khas, rasa empati, gotong royong, tepo seliro (toleransi), dan sopan
santun. Hal ini
disampaikannya ketika melakukan zoom meeting bersama Redaksi media Kompas.com,
Rabu lalu.
Kata
Hasto lagi, jika seorang anak
kehilangan rasa sopan santun dalam kesehariannya maka juga kehilangan roh
kemataramannya.
"Orang
Mataraman itu kan tahu diri, ora rumungso
bisa tapi bisa rumongso (bisa merasa,
bukan merasa bisa)," katanya.
Hasto
bercerita saat sekolah
kedokteran, ia memiliki banyak kawan yang berasal dari
berbagai daerah. Menurutnya, setelah lama tinggal di Yogyakarta, kawan sekolahnya tersebut terwarnai dengan
budaya Yogyakarta.
"Saat
lulus dari Yogyakarta, beda banget. Mohon maaf berbeda dengan tempat lain, kalau kita
ditugaskan di pelosok sebagai dokter lulusan dari Yogyakarta mental modelnya
hampir sama," sebutnya.
Ia memaparkan
mental model yang dia maksud seperti tidak terlalu materialistis, tidak terlalu
menuntut, dan seleranya tidak terlalu tinggi.
"Itu
terbentuk lho walaupun dia bukan
orang Yogyakarta. Betapa kuatnya orang yang sudah tinggal di Yogyakarta
terbentuk jiwa kejogjaannya," ungkapnya.
Dia pun menilai, budaya bisa memberikan warna pada perilaku. Maka dia
menilai pendidikan karakter sangatlah penting.
"Dalam
benak saya, budaya itu bisa memberikan warna dan mempengaruhi perilaku. Saya
berharap sebetulnya kita bisa menerjemahkan pembangunan karakter atau
pendidikan kareakter di Jogja," ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.