Pekalongan, Anetry.Net – Menjalankan Kurikulum Merdeka di sekolah, menjadi tanggungjawab pengampu satuan pendidikan yakni kepala sekolah.
Dalam pengelolaannya, kepala sekolah harus bisa meramu
kerjasama antara guru kelas dan guru mata pelajaran. Hal itu ditujukan agar
kurikulum baru tersebut dapat berjalan dengan baik.
Khusus sekolah dasar, guru kelas 1 dan 4 jadi tumpuan suksesnya
Implementasi Kurikulum Merdeka di awal-awal pengaplikasiannya ini.
“Guru kelas harus mampu bekerjasama dengan guru mata
pelajaran, baik guru Pendidikan Agama
maupun Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK). Jadi mesti
berkolaborasi, guru kelas lah yang harus mengajak guru mata pelajaran
mengomunikasikannya,” demikian ungkap Nova Indra, CEO Pusat Pengkajian dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia (P3SDM) Melati kepada redaksi anetry.net, Rabu
(13/7) pagi.
Menurut Nova, kolaborasi tersebut sangat penting
dilakukan mengingat saat ini sebagai kurikulum baru, Kurikulum Merdeka belum
tersosialisasi dengan sempurna.
Jangan salah
kaprah
Selanjutnya, bagi kepala sekolah tentu harus pula
memahami dengan baik tentang Implementasi Kurikulum Merdeka.
“Jangan sampai ada pemahaman yang salah dalam memberikan
keterangan dan berasumsi sendiri yang berakibat salah kaprah dalam mencermati
kurikulum baru ini,” sambung Nova.
Salah kaprah yang dimaksudnya adalah, ketika guru kelas
menjalankan Kurikulum Merdeka dan memilih materi ajar yang akan diimplementasikan
dalam tiga bentuk konsep (intrakurikuler, profil Pelajar Pancasila, dan ekstrakurikuler)
kepala sekolah jangan sampai memberikan masukan yang tidak tepat.
Ada beberapa temuan di lapangan, lanjut Nova, yang
berakibat salah pemahaman dan akhirnya membuat rancu proses implementasi
kurikulum tersebut.
“Kita temukan di lapangan, kepala sekolah meminta guru
kelas untuk menyatukan project
ekstrakurikuler antara guru kelas dan guru mata pelajaran. Hal itu tidak tepat,
malah mengaburkan esensi ekstrakurikuler yang dimaksud dalam Kurikulum Merdeka,”
tegasnya.
Menurutnya, masing-masing mata pelajaran tentu memiliki
karakteristik yang berbeda, sekaligus dengan tujuan dan pencapaian yang berbeda
pula.
“Jadi masing-masing mata pelajaran, memiliki project sendiri, termasuk mata pelajaran
yang diampu oleh guru tertentu alias non guru kelas,” ujarnya menambahkan. (at)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.