Pekalongan, Anetry.Net – Kurikulum Merdeka mulai dijalankan di tahun pelajaran baru 2022-2023 ini. Bagaimana dan apa yang harus dilakukan ?
Seperti dketahui, ada
3 pilihan penyelenggaraan Kurikulum Merdeka di sekolah. Ada Mandiri belajar,
yang memberikan kebebasan pada satuan pendidikan menerapkan Kurikulum Merdeka
tanpa mengganti kurikulum yang sedang diterapkan.
Ada Mandiri Berubah,
yang memberi keleluasaan satuan pendidikan menerapkan Kurikulum Merdeka. Dan
terakhir, ada Mandiri Berbagi, di mana keleluasaan yang sama oleh satuan
pendidikan dalam menerapkan Kurikulum Merdeka dengan mengembangkan sendiri
perangkat ajarnya.
Ketiga bentuk Implementasi
Kurikulum Merdeka tersebut tentunya masih menyisakan pertanyaan besar di benak
para guru yang mengampu kelas. Bagaimana menyiapkan bahan ajar? Bagiamana memilih
KD yang akan diajarkan ? Lalu bagaimana pula menyatukannya dalam konsep
intrakurikuler, profil Pelajar Pancasila, dan ekstra kurikuler?
Pertanyaan-pertanyaan
tersebut banyak timbul dari guru-guru yang mengampu kelas 1 dan 4 di sekolah dasar.
Tentunya untuk menjawab itu semua perlu pemikiran dan diskusi-diskusi lebih
lanjut.
“Guru yang lebih paham
dan mengerti tentang sistem ini, tentu layak dijadikan pusat informasi dan
kerjasama. Demi sebuah perubahan yang lebih baik, walaupun banyak pihak yang
masih menyayangkan diberlakukannya Kurikulum Merdeka padahal kebijakan ini
tanpa naskah akademik sebagai awal sebuah peraturan,” ungkap Nova Indra, CEO
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (P3SDM) Melati saat bincang-bincang
dengan redaksi Anetry.Net, Rabu (13/7) pagi melalui sambungan telepon.
Menurut pria yang juga
peneliti potensi sumber daya manusia daerah itu, saatnya guru-guru pengampu
kelas 1 dan 4 di sekolah dasar untuk saling berbagi informasi.
“Tak tertutup
kemungkinan guru kelas 1 dan 4 di satu sekolah juga diajak oleh sekolah lain
untuk berbagi informasi tentang pelaksanaan Kurikulum Merdeka, terutama masalah
penyiapan perangkat ajarnya,” jelasnya.
Misalnya, sambung Nova,
guru di salah satu sekolah menyiapkan perangkat ajar dengan ekstrakurikuler
yang sama dengan guru di sekolah lain dalam satu wilayah. Maka untuk itu bisa
dikerjasamakan baik dalam bentuk diskusi perangkat ajar maupun teknik mengajar
maupun bahan-bahan lainnya.
“Tapi tentu hal ini
bukan berarti memanfaatkan guru yang lebih paham di salah satu sekolah untuk
ditiru begitu saja atau diambil perangkat ajarnya. Jangan jadi guru Kurikulum
Merdeka kalau maunya begitu,” kata Nova.
Lalu, sambungnya, hal paling
penting lainnya yang juga harus dicermati adalah, kepala sekolah harus lebih
siap dalam menghadapi dan menyiapkan segala kebutuhan baik sarana dan
prasarana, maupun hal-hal lain terkait Implementasi Kurikulum Merdeka.
“Bukan cuma guru yang
harus siap, tapi para kepala sekolah sejak awal-awal ini sudah harus menyiapkan
segala sesuatu terkait kebutuhan IKM. Hal itu seputar pelaksanaan ekstra
kurikuler mata pelajaran yang aplikatif nantinya,” jelasnya. (*/at)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.