Jakarta, Anetry.Net – Ransomware yang menyerang sektor pendidikan sedang mengalami peningkatan.
Sialnya, banyak institusi
pendidikan mulai dari tahap sekolah hingga ke universitas belum siap
menghadapi.
Menurut analisis peneliti
keamanan siber di Sophos, sektor pendidikan menjadi target serangan lantaran
tidak memiliki sistem keamanan yang kuat. Para hacker menjadi lebih mudah melancarkan aksinya.
"Sekolah adalah salah
satu yang paling terpukul oleh ransomware. Mereka adalah target utama karena
kurangnya pertahanan secar keseluruhan dan mrnjadi tambang emas data pribadi
yang mereka pegang,” kata Chester Wisniewski, ilmuwan peneliti utama di Sophos,
dikutip dari ZDNet.
Pada banyak kasus, korban
di sektor pendidikan kerap membayar uang tebusan untuk menebus data yang
berhasil diretas. Rata-rata uang tebusan yang dibayar oleh sekolah adalah USD
19 juta atau setara Rp28 miliar.
Sementara untuk lembaga
pendidikan tinggi rata-rata uang tebusan yang dibayarkan mencapai USD905.000
atau sekitar Rp 13 miliar.
Jelas ini menjadi ladang
subur untuk meraup pundi-pundi bagi para hacker ransomware. Korban rela
membayar dengan jumlah besar karena ransomware sendiri memblokir akses mereka
untuk beroperasi.
Ketika jaringan diblokir,
sekolah akan kesulitan untuk menjalankan kelas, apalagi jika kelas online. Dan
penelitian akademis serta sumber daya tidak akan tersedia, yang semuanya
berdampak pada komunitas yang lebih luas. Anak-anak tidak dapat bersekolah,
mengerjakan tugas atau mengakses jaringan mereka.
Ada juga ancaman untuk
memublikasikan data yang berhasil dicuri jika korban tidak membayar. Hal-hal
ini lah yang mendorong korban tetap membayar meskipun sebenarnya itu akan
mendorong lebih banyak aksi ransomware di masa mendatang.
Menurut Sophos, hanya 61%
data yang dipulihkan setelah membayar uang tebusan, yang berarti bahwa selain
biaya tebusan, waktu dan sumber daya harus dimasukkan ke dalam perbaikan
jaringan lebih lanjut.
"Anda tidak akan
pernah bisa mempercayai seorang penjahat dan Anda hanya memberikan lebih banyak
uang. Jadi sebaiknya simpan uangnya dan berhentilah memberi penghargaan atas
perbuatan buruk hacker," kata Wisniewski.
Ia juga mengatakan,
berinvestasi dalam strategi keamanan siber yang baik adalah cara terbaik untuk
membantu menjaga jaringan tetap aman dari ransomware atau ancaman siber
lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.