Fenomena Antariksa Aphelion dan Mitosnya yang Bikin Batuk Pilek - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Selasa, 05 Juli 2022

Fenomena Antariksa Aphelion dan Mitosnya yang Bikin Batuk Pilek


Jakarta, Anetry.Net
– Siapa yang tahu fenomena Aphelion serta mitos yang berkembang di masyarakat?

 

Fenomena antariksa Aphelion adalah saat posisi Bumi terjauh dari Matahari. Fenomena ini terjadi pada Senin (4/7) kemarin. Ada banyak hoaks soal Aphelion yang selama ini beredar, salah satunya bikin Bumi menjadi lebih dingin yang berdampak membuat manusia sakit batuk dan pilek.

 

Untuk diketahui, saat Aphelion terjadi, Bumi berjarak 94,51 juta mil atau 152,1 juta kilometer dari Matahari. Bumi menjadi 1,67 persen lebih jauh dari Matahari daripada jarak rata-rata keduanya yang dikenal sebagai unit astronomi. Dilansir Space, satu unit astronomi setara 92,96 juta mil atau 149,6 juta km.

 

Ahli Geofisika Chris Vaughan yang mengawasi kalender Langit Malam menggunakan perangkat lunak SkySafari mengatakan, saat posisi Bumi jauh dari matahari, variasi suhu musiman disebut muncul dari berbagai arah kemiringan sumbu Bumi, yang bertentangan dengan jarak dari matahari.

 

Sudut kemiringan memengaruhi apakah sinar Matahari mengenai Bumi pada sudut rendah atau lebih tinggi dan dianggap menjadi penyebab terjadinya musim batuk dan pilek.

 

Kebalikan Aphelion, ketika posisi Bumi berada paling dekat dengan Matahari yang disebut Perihelion akan terjadi pada 4 Januari 2023. Saat itu jarak Bumi 91,4 juta mil atau 147,1 juta km dari Matahari menurut Time And Date.

 

Aphelion dan Perihelion terjadi karena orbit bumi tidak berbentuk lingkaran sempurna dengan nilai eksentrisitas yaitu 0,01671. 

 

Sementara Venus menjadi planet yang orbitnya berbentuk lingkaran sempurna. Planet ini berkisar antara 66 juta mil (107 juta km) dan 68 juta mil (109 juta km) dari matahari, menurut Universe Today.

 

Aphelion dan Perihelion adalah dinamika rutin alam yang terkait orbit elips Bumi. Menurut Guru Besar Institut Pertanian Bogor Profesor Husin Alatas, hal ini tidak perlu diposisikan sebagai fenomena yang berdampak negatif bagi kesehatan yang dapat muncul dalam dinamika cuaca.

 

Kedua posisi khusus Bumi tersebut praktis memiliki pengaruh relatif kecil dibanding kondisi rata-ratanya sehingga disebut kecil kemungkinan menimbulkan kondisi cuaca ekstrem.

 

"Menghindari hoax terkait fenomena alam yang dikaitkan dengan kondisi buruk tertentu perlu dilakukan dengan mengedepankan sikap kritis dan skeptis, serta bertumpu pada ilmu yang benar dan bukan ilmu semu," tegasnya. (sumber: cnnindonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad