Di IKM, Asesmen Awal dan Pembelajaran Berdiferensiasi Penting untuk Petakan Siswa - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Senin, 04 Juli 2022

Di IKM, Asesmen Awal dan Pembelajaran Berdiferensiasi Penting untuk Petakan Siswa


Jakarta, Anetry.Net
GTK Kemdikbudristek berkomitmen mengawal implementasi Kurikulum Merdeka.

 

Dalam Webinar Sapa GTK 6, mengemuka berbagai  kisah menarik para guru yang berjuang memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik di daerahnya.

 

Webinar Sapa GTK 6 berlangsung pada Jumat (1/7) lalu itu menghadirkan berbagai narasumber, yaitu Iwan Syahril (Dirjen GTK), Indriyati Herutami (Academic Manager, serta Sekolah Bina Cita Utama, Palangkaraya).

 

Selain itu juga ada Oscarina Dewi (Indonesian Primary Principal Global Jaya School, Tangerang Selatan), Pranika Dian Dini (Guru Kelas 1 SDN 008 Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara), dan Muhammad Ariefin (Guru Bahasa Indonesia, SMAIT Nurul Fikri, Depok, Jawa Barat).

 

Pranika Dian Dini, guru SDN 008 Tanjung Palas Timur Kabupaten Bulungan Kalimantan Utara, adalah seorang guru muda yang menerapkan asesmen awal dan pembelajaran terdiferensiasi. Ia bercerita bahwa sekolah tempatnya mengajar sangat jauh dari perkotaan dan mayoritas siswanya adalah anak-anak yang bekerja di perkebunan sawit.

 

Dini menjelaskan, ketika mulai mengajar ia mengetahui bahwa terdapat keberagaman tingkat kemampuan siswa, sebab tidak semua siswa pernah menempuh Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

 

“Tidak semua murid mengenal huruf. Terdapat murid yang usianya sangat tinggi, sudah sembilan tahun, tapi belum mengenal huruf karena keterbatasan pendampingan orang tua di rumah. Hal ini menjadi perhatian kami, khususnya saat pandemi, tidak semua guru dapat masuk dan pembelajaran daring belum sepenuhnya dapat didukung,” tutur Dini.

 

Berdasarkan fakta inilah maka para guru di sekolahnya merasa perlu memetakan kompetensi siswa secara detail supaya dapat memberikan pembelajaran yang tepat dan sesuai bagi siswa.

 

Ia memberi contoh, jika kondisi siswa banyak yang belum mengenal huruf, maka saat mengajarkan materi yang berisi teks sebaiknya dilakukan seatraktif mungkin. Hal tersebut penting diterapkan agar peserta didik senang dan dapat lebih menikmati pembelajaran di kelas.

 

“Yang saya temukan di kelas, saat memberikan pelajaran terkait dengan teks, tidak semua anak mengenal huruf, apalagi mengeja kata. Untuk masing-masing anak yang belum maupun yang sudah mengenal huruf saat PAUD harus diberikan materi yang tepat. Jika tidak, mereka akan bosan. Untuk itulah dibutuhkan asesmen awal pembelajaran untuk membantu mengenali murid,” kata Dini yang pada tahap awal melakukan asesmen psikososial terhadap murid-muridnya.

 

Narasumber lain adalah Muhammad Ariefin, seorang guru Bahasa Indonesia di SMAIT Nurul Fikri, Depok Jawa Barat. Ia mengetahui asesmen dari program Guru Belajar dan Guru Berbagi. Dari program itu ia menyadari ternyata asesmen tidak hanya dapat dilakukan di awal pembelajaran, tapi dapat dilakukan di awal persiapan pembelajaran.

 

“Pada asesmen awal saya melakukan tes atau menguji pengetahuan teks-teks posisi, mengenai fakta dan opini pada murid. Hal ini saya anggap penting untuk menguji sejauh mana pengetahuan murid, sejauh mana mereka mengetahui dapat membedakan mana fakta dan mana yang hoaks dari sebuah berita,” tutur Ariefin.

 

Selanjutnya, ia juga melakukan asesmen fasilitas pendukung pembelajaran dengan menanyakan jumlah laptop yang ada di rumah peserta didiknya. Menurut Ariefin, hal ini penting ditanyakan untuk mengetahui seberapa besar dukungan pembelajaran para siswa di rumah.

 

“Hal ini tidak terkait teori, tapi untuk mendukung murid karena dulu sedang tingginya angka kasus Covid-19. Dan dari asesmen ini saya mengetahui bahwa para murid mempunyai satu laptop di rumah, tetapi terkadang dipakai bergantian oleh tiga orang, karena adik dan kakaknya juga menggunakannya untuk sekolah,” kata Ariefin.

 

Menurut Ariefin, meskipun perkembangan kasus Covid-19 cenderung terkendali dan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) terus menurun, fasilitasi pendukung pembelajaran siswa di rumah tetap harus dipantau. Hal ini karena perangkat tersebut dapat mendukung pengembangan kompetensi siswa tentang teknologi informasi yang berkembang pesat saat ini. (SP)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad