Jakarta, Anetry.Net – GTK Kemdikbudristek berkomitmen mengawal implementasi Kurikulum Merdeka.
Dalam Webinar Sapa GTK 6, mengemuka
berbagai kisah menarik para guru yang berjuang memberikan pembelajaran
yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik di daerahnya.
Webinar Sapa GTK 6 berlangsung pada
Jumat (1/7) lalu itu menghadirkan berbagai narasumber, yaitu Iwan Syahril
(Dirjen GTK), Indriyati Herutami (Academic Manager, serta Sekolah Bina Cita Utama,
Palangkaraya).
Selain itu juga ada Oscarina Dewi
(Indonesian Primary Principal Global Jaya School, Tangerang Selatan), Pranika
Dian Dini (Guru Kelas 1 SDN 008 Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan,
Kalimantan Utara), dan Muhammad Ariefin (Guru Bahasa Indonesia, SMAIT Nurul Fikri,
Depok, Jawa Barat).
Pranika Dian Dini, guru SDN 008 Tanjung
Palas Timur Kabupaten Bulungan Kalimantan Utara, adalah seorang guru muda yang
menerapkan asesmen awal dan pembelajaran terdiferensiasi. Ia bercerita bahwa
sekolah tempatnya mengajar sangat jauh dari perkotaan dan mayoritas siswanya
adalah anak-anak yang bekerja di perkebunan sawit.
Dini menjelaskan, ketika mulai mengajar
ia mengetahui bahwa terdapat keberagaman tingkat kemampuan siswa, sebab tidak
semua siswa pernah menempuh Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
“Tidak semua murid mengenal huruf.
Terdapat murid yang usianya sangat tinggi, sudah sembilan tahun, tapi belum
mengenal huruf karena keterbatasan pendampingan orang tua di rumah. Hal ini
menjadi perhatian kami, khususnya saat pandemi, tidak semua guru dapat masuk
dan pembelajaran daring belum sepenuhnya dapat didukung,” tutur Dini.
Berdasarkan fakta inilah maka para guru
di sekolahnya merasa perlu memetakan kompetensi siswa secara detail supaya
dapat memberikan pembelajaran yang tepat dan sesuai bagi siswa.
Ia memberi contoh, jika kondisi siswa
banyak yang belum mengenal huruf, maka saat mengajarkan materi yang berisi teks
sebaiknya dilakukan seatraktif mungkin. Hal tersebut penting diterapkan agar
peserta didik senang dan dapat lebih menikmati pembelajaran di kelas.
“Yang saya temukan di kelas, saat
memberikan pelajaran terkait dengan teks, tidak semua anak mengenal huruf,
apalagi mengeja kata. Untuk masing-masing anak yang belum maupun yang sudah
mengenal huruf saat PAUD harus diberikan materi yang tepat. Jika tidak, mereka
akan bosan. Untuk itulah dibutuhkan asesmen awal pembelajaran untuk membantu
mengenali murid,” kata Dini yang pada tahap awal melakukan asesmen psikososial
terhadap murid-muridnya.
Narasumber lain adalah Muhammad Ariefin,
seorang guru Bahasa Indonesia di SMAIT Nurul Fikri, Depok Jawa Barat. Ia
mengetahui asesmen dari program Guru Belajar dan Guru Berbagi. Dari program itu
ia menyadari ternyata asesmen tidak hanya dapat dilakukan di awal pembelajaran,
tapi dapat dilakukan di awal persiapan pembelajaran.
“Pada asesmen awal saya melakukan tes
atau menguji pengetahuan teks-teks posisi, mengenai fakta dan opini pada murid.
Hal ini saya anggap penting untuk menguji sejauh mana pengetahuan murid, sejauh
mana mereka mengetahui dapat membedakan mana fakta dan mana yang hoaks dari sebuah
berita,” tutur Ariefin.
Selanjutnya, ia juga melakukan asesmen
fasilitas pendukung pembelajaran dengan menanyakan jumlah laptop yang ada di
rumah peserta didiknya. Menurut Ariefin, hal ini penting ditanyakan untuk
mengetahui seberapa besar dukungan pembelajaran para siswa di rumah.
“Hal ini tidak terkait teori, tapi untuk
mendukung murid karena dulu sedang tingginya angka kasus Covid-19. Dan dari
asesmen ini saya mengetahui bahwa para murid mempunyai satu laptop di rumah,
tetapi terkadang dipakai bergantian oleh tiga orang, karena adik dan kakaknya
juga menggunakannya untuk sekolah,” kata Ariefin.
Menurut Ariefin, meskipun perkembangan
kasus Covid-19 cenderung terkendali dan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM) terus menurun, fasilitasi pendukung pembelajaran siswa di
rumah tetap harus dipantau. Hal ini karena perangkat tersebut dapat mendukung
pengembangan kompetensi siswa tentang teknologi informasi yang berkembang pesat
saat ini. (SP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.