Tuntong Kura-Kura Berjidat Merah yang Perlu Dilestarikan - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Selasa, 28 Juni 2022

Tuntong Kura-Kura Berjidat Merah yang Perlu Dilestarikan


Jakarta, Anetry.net
-- Tuntong laut (Batagur borneoensis), nama yang masih lumayan asing di telinga ini adalah satu di antara 29 spesies kura-kura air tawar dan darat di Indonesia.

 

Hewan ini lebih banyak hidup di kawasan air payau, seperti: muara dan anak sungai, hutan bakau, dan daerah yang masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Persebarannya meliputi Pulau Sumatra, Kalimantan, dan sebagian kecil di Malaysia, Thailand, serta Brunei Darussalam.

 

Ia memiliki sejumlah nama alias, misalnya, masyarakat Sumatra menyebutnya sebagai beluku, di Kalimantan diketahui sebagai tum-tum. Hewan bertempurung atau karapas keras ini dikenal juga sebagai tuntung atau tuntong semangka. Ini lantaran punggung kerapasnya berwarna gading atau cokelat muda kehijau-hijauan mirip buah semangka.

 

Sewaktu usia di bawah enam bulan, karapasnya berlunas tiga dan seiring berjalannya waktu, maka akan berubah menjadi satu lunas saja. Pada kura-kura jenis akuatik ini, karapasnya lebih datar dan ringan bila dibandingkan kerabatnya yaitu kura-kura darat di mana tempurungnya seperti kubah dan berat.

 

Bobot lebih ringan dari karapas tuntong ini disebabkan adanya rongga kosong di antara tulang-tulang tempurung yang bernama fontanelles. Sehingga reptil ini dapat berenang dengan cepat dan tidak tenggelam. Sebagian besar waktunya dihabiskan di permukaan air kendati pada pagi atau sore hari mereka naik ke darat untuk berjemur.

 

Persamaannya dengan kura-kura darat, keluarga Geoemydidae ini punya scute atau lapisan sisik keras terbuat dari keratin demi memperkuat tempurung mereka. Mereka juga herbivora dan menyukai buah serta sayuran. Pada beberapa kasus, mereka mengonsumsi limbah plastik di perairan karena mengira sebagai makanan.

 

Panjang tubuh tuntong 60--100 sentimeter dan lebar karapas 30--40 cm. Umumnya tubuh tuntong betina lebih besar dari pejantan. Hewan ini punya rahang atas yang bergerigi serta lima kuku tajam di kaki depan dan empat lainnya di kaki belakang. Warna kepala tuntong umumnya cokelat keabu-abuan dan mempunyai garis merah mencolok di bagian jidat di antara kedua mata. Sehingga, hewan itu kerap dijuluki si Jidat Merah.

 

Apabila masuk musim kawin terjadi sexual dismorphism atau perubahan pada pejantan. Pada masa tersebut, bagian leher hingga kepala tuntong jantan berubah warna menjadi putih keabu-abuan dipadu bintik hitam dan tentu saja jidat merahnya. Mereka akan bermigrasi saat musim kawin tiba dan tuntong betina dapat menghasilkan 12--24 butir telur.

 

Lantaran keunikan-keunikan tadi telah mengundang perburuan secara masif, baik untuk dijual atau dijadikan koleksi oleh para pehobi reptil dari seluruh dunia. Tuntong bahkan diperjualbelikan terang-terangan di etalase dagang lokapasar (marketplace) dengan harga Rp4 juta--Rp10 juta untuk anakan hingga dewasa. Situasi ini membuat keberadaan si Jidat Merah perlahan mulai sulit ditemui di kawasan pesisir yang menjadi habitatnya. (Sumber: Indonesia.go.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad