Yogyakarta, Anetry.Net – Dalam rangka Hari Tuberkulosis Sedunia yang diperingati setiap tanggal 24 Maret, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menggelar Pekan TBC Anak.
Peringatan tersebut ditandai dengan
berbagai kegiatan, salah satunya berupa skrining
TBC terhadap balita stunting.
Kegiatan ini
telah dilaksanakan di beberapa daerah termasuk di Kulon Progo, Daerah Istimewa
Yogyakarta yang dilaksanakan sejak 21 hingga 28 Maret 2022. Kegiatan yang dilaksanakan di Puskemas Pengasih II
merupakan kolaborasi dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN), IDAI, Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo dan Zero TB Yogyakarta.
“Tuberkulosis
dan stunting masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Jika dibandingkan
dengan balita gizi normal maka balita dengan gizi buruk dan berkategori
stunting beresiko lebih tinggi menderita sakit TB. Demiikian juga dengan balita
yang menderita TB, dengan masalah gizi yang kronik dan kekebalan yang rentan,
potensi stuntingnya juga besar. Balita merupakan kelompok risiko tinggi
terinfensi dan sakit TB. Risiko ini semakin meningkat pada mereka yang kontak
erat dengan pasien TBC paru terkonfirmasi bakteriologis,” kata Kepala BKKBN
Hasto Wardoyo dalam keterangannya Minggu (27/3).
Menurut Hasto
yang juga Ketua Tim Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting Nasional,
kolaborasi antara BKKBN, IDAI, Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo dan Zero
TB Yogyakarta adalah wujud konvergensi dari berbagai pihak agar persoalan TB
dan stunting bisa ditangani bersama.
Skrining TB
terhadap balita merupakan bentuk pendekatan terhadap keluarga beresiko stunting
sehingga intervensi di sektor hulu ini bisa menjadi pencegahan. Hal tersebut juga sekaligus penanganan melalui intervensi
kuratif. Adapun 60 balita yang dilakukan skrining TB hari ini meliputi identifikasi
gejala TB, pemeriksaan fisik, pemeriksaan uji tuberculin (telah dilakukan
sebelumnya), dan foto Rontgen dada di mobil Rontgen Zero TB Yogyakarta jika
memang terindikasi.
Selama 5 hari
pelaksanaan skrining TB yang telah dilakukan di Kulon Progo oleh Zero TB
Yogyakarta sebelum kegiatan hari ini, berhasil menskrining sebanyak 273 balita
dan 118 balita di antaranya terduga sakit TBC. Dari sejumlah balita tersebut,
belum ada yang terdiagnosis sakit TBC.
“Jika ada
balita yang terdiagnosis sakit TBC maka akan segera dirujuk ke puskemas untuk
mendapatkan pengobatan sedangkan untuk tata laksana stunting, dokter puskemas
bisa merujuk ke dokter anak di rumah sakit daerah,” sebut Ketua Unit Kerja
Koordinasi Respirologi IDAI dr. Rina Triasih yang juga Project Leader Zero TB
Yogyakarta.
Ia berharap,
model kolaborasi antara BKKBN, IDAI, Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo dan
Zero TB Yogyakarta bisa dilanjutkan dan dikembangkan untuk daerah-daerah lain
agar terjadi penguatan sekaligus pemberdayaan pendamping keluarga cegah
stunting.
"IDAI
sendiri siap menjadi partner BKKBN dalam kegiatan akselerasi percepatan
penurunan stunting," jelasnya.
Zero TB
Yogyakarta sendiri merupakan proyek kolaborasi antara Fakultas Kedokteran,
Kesahatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gajah Mada, RSUP Dr Sardjito,
Pemprov DI Yogyakarta, Pemkot Yogyakarta, Pemkab Kulon Progo dan Burnet
Institute Australia.
Zero TB
Yogyakarta melakukan kegiatan yang inovatif dan komprehensif dengan pendekatan
search, treat and prevent. Salah satu
inovasi yang dilakukan adalah melakukan pencarian kasus YBC secara aktif di
masyarakat menggunakan mobil Rontgen yang dilengkapi dengan alat kecerdasan
buatan (artificial intelegent).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.