Jakarta, Anetry.Net – Direktorat Guru Pendidikan Dasar Kemendikbudristek, gelar webinar bertema “Diseminasi Peraturan Dirjen GTK tentang Kerangka Kompetensi Literasi dan Numerasi”.
Acara ini bertujuan untuk mengembangkan
pengetahuan para guru tentang strategi literasi. Webinar tersebut menghadirkan
tiga narasumber yaitu Firman Parlindungan dari Universitas Teuku Umar Aceh,
Sofie Dewayani dari Yayasan Litara, dan Riski selaku Guru dari SDN Sidotopo I/48
Surabaya.
Menurut Firman Parlindungan, kata
literasi atau terminologi literasi sudah semakin berkembang. “Literasi
berkaitan dengan satu bahasa, dwiliterasi (biliteracy)
berkaitan dengan literasi dalam dua bahasa dan literasi multibahasa (multilingual literacy) berkaitan dengan
dua bahasa atau lebih, dan yang terakhir multiliterasi ini melibatkan visual,
matematika, IT, media sosial, dan bisa dalam satu bahasa ataupun dua atau lebih
bahasa,” jelasnya pada Selasa (9/3).
Firman mengambil contoh definisi literasi
dari UNESCO tahun 2004 dan ILA tahun 2016 yang menyatakan bahwa literasi
berkaitan dengan kemampuan atau kompetensi, mengidentifikasi, memahami,
menafsirkan, mencipta, mengomputasi dan berkomunikasi, dan semua kompetensi
yang berkaitan dengan simbol yang tertulis dalam berbagai konteks. Pembelajaran
literasi harus berdasarkan pada pengamatan yang sistematis dan melihat
perkembangan literasi secara langsung.
Selanjutnya, narasumber kedua yakni
Sofie Dewayani memaparkan tujuan perumusan kerangka kompetensi literasi guru
yaitu memberikan arah bagi program kapasitas guru untuk mengembangkan
lingkungan belajar yang literat dan menyenangkan bagi siswa.
Selain itu juga memberikan arah bagi program peningkatan kapasitas guru untuk
mengembangkan pembelajaran berkualitas dengan strategi berpikir melalui teks
sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa, serta memberikan arah bagi
program pengembangan profesionalisme dan peningkatan kecakapan literasi guru.
Riski menambahkan selama praktik
pembelajaran dan asesmen literasi di SD, penerapan strategi membaca dan menulis
berjalan secara eksplisit. Pelaksanaan pembelajaran terjadi dalam beberapa
kelompok yang terdiri dari 1) mini
lesson yakni mengemas pembelajaran menarik selama 15 menit, 2) conferring dan small group yakni
membentuk kelompok diskusi untuk membahas suatu hal selama 35 menit, dan 3) share yakni saling bertukar pikiran
dalam sebuah diskusi selama 10 menit.
“Dengan menggunakan strategi
pembelajaran menulis secara eksplisit, siswa dapat melisankan puisi hasil karya
pribadi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat sebagai bentuk ungkapan
diri. Tujuan asesmen ditujukan untuk mengetahui kelancaran membaca anak teknik
yang digunakan untuk menjalankan catatan (running
records).” tuturnya. (sumber: kemdikbud)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.