Aceh, Anetry.Net – Berdasarkan riset yang dilakukan Kemendikbudristek, pandemi Covid-19 telah menimbulkan kehilangan pembelajaran (learning loss) literasi dan numerasi yang signifikan.
Kemendikbudristek kemudian menyusun
Kurikulum Prototipe sebagai bagian dari kurikulum nasional untuk mendorong
pemulihan pembelajaran di masa pandemi Covid-19. Mulai tahun 2022, kurikulum
nasional memiliki tiga opsi kurikulum yang bisa dipilih oleh satuan pendidikan
untuk pemulihan pembelajaran di masa pandemi Covid-19, yaitu Kurikulum 2013,
Kurikulum Darurat (Kurikulum 2013 yang disederhanakan), dan Kurikulum
Prototipe.
Pemulihan pembelajaran di masa pandemi
Covid-19 penting dilakukan untuk mengurangi dampak kehilangan pembelajaran
(learning loss) pada peserta didik. Salah satu indikasi learning loss yang tampak adalah berkurangnya kemajuan belajar dari
kelas 1 ke kelas 2 SD setelah satu tahun pandemi.
Hasil riset Kemendikbudristek
menunjukkan, sebelum pandemi, kemajuan belajar selama satu tahun (kelas 1 SD)
adalah sebesar 129 poin untuk literasi dan 78 poin untuk numerasi. Setelah
pandemi, kemajuan belajar selama kelas 1 berkurang secara signifikan. Untuk
literasi, (learning loss) ini setara dengan 6 bulan belajar, sedangkan untuk
numerasi, learning loss tersebut
setara dengan 5 bulan belajar. Data tersebut merupakan hasil riset
Kemendikbudristek yang diambil dari sampel 3.391 siswa SD dari 7 kabupaten/kota
di 4 provinsi, pada bulan Januari 2020 dan April 2021.
Sejak tahun 2020, sebagai bagian dari
mitigasi learning loss, sekolah
diberikan dua opsi, yaitu menggunakan Kurikulum 2013 secara penuh, atau
menggunakan Kurikulum Darurat, yakni Kurikulum 2013 yang disederhanakan.
Kurikulum Darurat diberlakukan agar pembelajaran di masa pandemi dapat berfokus
pada penguatan karakter dan kompetensi mendasar.
Ternyata selama kurun waktu 2020-2021, siswa pengguna
Kurikulum Darurat mendapat capaian belajar yang lebih baik daripada pengguna
Kurikulum 2013 secara penuh, terlepas dari latar belakang sosio-ekonominya. Kemudian pada
tahun 2021, Kemendikbudristek memperkenalkan Kurikulum Prototipe sebagai opsi
tambahan bagi satuan pendidikan untuk melakukan pemulihan pembelajaran.
Kurikulum Prototipe ini mulai diterapkan
di Sekolah Penggerak dan SMK Pusat Keunggulan (SMK PK). Ke depannya, untuk
mendorong pemulihan pembelajaran, mulai tahun 2022 hingga 2024 semua satuan
pendidikan diberikan tiga opsi dalam kurikulum nasional, yaitu Kurikulum 2013,
Kurikulum Darurat, dan Kurikulum Prototipe.
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Perbukuan
Kemendikbudristek, Supriyatno, mengatakan Kurikulum Prototipe diberikan sebagai
opsi tambahan bagi satuan pendidikan untuk melakukan pemulihan pembelajaran
selama 2022-2024. Ia menjelaskan, dalam pengembangan Kurikulum Prototipe,
Kemendikbudristek melakukan penyusunan dan pengembangan struktur kurikulum,
capaian pembelajaran, prinsip pembelajaran, hingga asesmen.
“Tetapi untuk Kurikulum Prototipe ini
satuan pendidikan diberikan otoritas, dalam hal ini guru, sehingga sekolah
memiliki keleluasaan. Karena yang dituntut adalah capaian pembelajaran di tiap
fase. Dalam Kurikulum Prototipe, ada fase A, B, C, D, dan E. Fase-fase ini
memberikan keleluasaan pada guru bagaimana mencapai capaian pembelajaran di
masing-masing fase,” ujar Supriyatno pada kegiatan Sosialisasi Buku dan
Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran, di Kantor Lembaga Penjaminan
Mutu Pendidikan (LPMP), di Kabupaten Aceh Besar, Selasa (21/12/2021).
Dengan begitu, lanjut Supriyatno,
operasional pada Kurikulum Prototipe bisa dikembangkan di satuan pendidikan.
Sekolah diberikan keleluasaan untuk memilih atau memodifikasi perangkat ajar
dan contoh kurikulum operasional yang sudah disediakan pemerintah untuk
menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik, atau menyusun sendiri
perangkat ajar sesuai dengan karakteristik peserta didik.
“Namun pusat (Kemendikbudristek) tetap
menyediakan perangkat ajar seperti buku teks pelajaran, contoh modul ajar mata
pelajaran, atau contoh panduan proyek Profil Pelajar Pancasila,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Anggota
Komisi X DPR RI, Illiza Sa’aduddin Djamal menuturkan, pada tahun 2021 Kurikulum
Prototipe memang hanya diterapkan di Sekolah Penggerak dan SMK PK. Namun mulai
tahun 2022, tidak hanya Sekolah Penggerak dan SMK PK yang bisa menerapkan
Kurikulum Prototipe, melainkan semua satuan pendidikan diberikan opsi untuk
menggunakan Kurikulum Prototipe sebagai upaya pemulihan pembelajaran.
Kurikulum prototipe memiliki beberapa
karakteristik utama yang mendukung pemulihan pembelajaran, antara lain
pengembangan soft skills dan
karakter, fokus pada materi esensial, dan fleksibilitas bagi guru untuk
melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid (teach at the right level).
Kepala LPMP Aceh, Muslihuddin,
mengatakan satuan pendidikan dapat memilih untuk menerapkan Kurikulum Prototipe
dengan jalur mandiri. Satuan pendidikan dapat menentukan pilihan berdasarkan
Angket Kesiapan Implementasi Kurikulum Prototipe yang mengukur kesiapan guru,
tenaga kependidikan dan satuan pendidikan dalam pengembangan kurikulum. Tidak
ada pilihan yang paling benar dalam angket tersebut. Pilihan terbaik adalah
pilihan yang paling sesuai dengan kesiapan satuan pendidikan berdasarkan
kompleksitasnya.
“Setiap sekolah memiliki
karakteristik yang berbeda. Kompleksitas sedang dan sederhana itu yang lebih
tahu kan dinas pendidikan, kaitannya dengan kesiapan sekolah dan guru. Jadi
tergantung kesiapan sekolah, karakteristik sekolah, dan stakeholders di
lingkungan satuan pendidikan,” ujar Muslihuddin.
Kegiatan Sosialisasi Buku dan Kurikulum
dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran di Kantor LPMP Aceh dihadiri sekitar 50
peserta yang terdiri dari berbagai pemangku kepentingan pendidikan di Kota
Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar.
Peserta antara lain terdiri dari
perwakilan dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota, guru, kepala sekolah,
pengelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), dan perwakilan organisasi
profesi guru. (SP)
Seusai mendengarkan sosialisasi dan
penjelasan dari narasumber Kemendikbudristek dan Komisi X DPR RI, para peserta
mengikuti diskusi kelompok terpumpun untuk membahas mengenai implementasi
kurikulum yang mendukung pemulihan pembelajaran di masa pandemi Covid-19. (SP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.