Semarang, Anetry.Net – Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) mengapresiasi kebijakan kurikulum darurat yang disiapkan Kemendikbudristek sebagai upaya mengatasi dampak pandemi pada pendidikan.
Komisi X DPR mendorong penerapan
kurikulum prototipe sebagai salah satu opsi yang ditawarkan kepada sekolah
untuk dapat diterapkan secara sukarela agar mengatasi dampak kehilangan
pembelajaran atau learning loss.
"Opsi itu menurut saya bagus. Yang
paling tahu apa yang baik untuk siswa, itu sekolah dan guru. Biar guru-guru di
sekolah yang berembug," disampaikan Wakil Ketua Komisi X DPR RI Agustina
Wilujeng Pramestuti dalam Lokakarya Sosialisasi Buku dan Kurikulum Dalam Rangka
Pemulihan Pembelajaran, di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi
Jawa Tengah, Kota Semarang, Senin (20/12).
"Itulah yang kemudian diharapkan
menurunkan angka learning loss," imbuhnya.
Sebagai mitra strategis, Komisi X DPR RI
mendukung terobosan-terobosan yang dilakukan Kemendikbudristek, khususnya dalam
penanganan dampak pandemi. Namun, Agustina mengingatkan agar kebijakan tersebut
harus diikuti oleh pemangku kepentingan pendidikan lainnya. Adalah menjadi
tugas Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP)
Kemendikbudristek untuk menyerap masukan dari publik melalui diskusi dan
lokakarya.
"Nanti kita akan dapatkan
formulanya yang paling tepat," ujarnya.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas (Plt.)
Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek Zulfikri Anas
mengungkapkan bahwa pandemi membuka peluang untuk menghadirkan inovasi dalam
pembelajaran. Kemendikbudristek telah melakukan beberapa terobosan antara lain
dengan menyederhanakan Kurikulum 2013 menjadi Kurikulum Darurat dalam rangka
pemulihan pembelajaran sebagai bagian dari mitigasi learning loss di masa
pandemi.
Selain itu, Kemendikbudristek juga telah
melakukan monitoring dan evaluasi penerapan Kurikulum Darurat dapat mengurangi
dampak learning loss akibat pandemi secara signifikan. Studi BSKAP menunjukkan
bahwa siswa pengguna Kurikulum Darurat mendapat capaian belajar yang lebih baik
daripada pengguna Kurikulum 2013 secara penuh, terlepas dari latar belakang
sosio-ekonominya. Bila kenaikan hasil belajar itu direfleksikan ke proyeksi
learning loss numerasi dan literasi, penggunaan kurikulum darurat dapat
mengurangi dampak pandemi sebesar 73% (literasi) dan 86% (numerasi).
Dalam waktu dekat Kemendikbudristek
segera menawarkan opsi kebijakan kurikulum untuk pemulihan pembelajaran. Opsi
kurikulum yang ditawarkan adalah kurikulum prototipe yang mendorong
pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa, serta memberi ruang lebih luas
pada pengembangan karakter dan kompetensi dasar.
"Di tahun depan tidak ada kebijakan
kurikulum baru, tetapi kebijakan pemulihan pembelajaran akibat pandemi. Dalam
dua tahun ke depan, kurikulum yang disederhanakan akan terus dievaluasi sambil
memperkenalkan kepada seluruh masyarakat," tutur Plt. Kepala Pusat
Kurikulum dan Pembelajaran.
"Pada prinsipnya kurikulum
memberikan kemudahan bagi siapa pun, termasuk bagi pendidik dan peserta
didik," tambah Zulfikri.
Lebih lanjut, Zulfikri menyampaikan
bahwa pemulihan pendidikan melalui penerapan kurikulum prototipe perlu menjadi
sebuah gerakan. "Mas Menteri mengingatkan kita, bahwa ini bukan sekadar
kebijakan, tetapi sebuah gerakan bersama," ungkapnya.
Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah
(MKKS) Sekolah Dasar (SD) Kabupaten Semarang, Sri Mintarti menyampaikan
optimismenya dan rekan sejawat dalam mengatasi tantangan pembelajaran di masa
pandemi. "Kami bersyukur, dengan pandemi ini teman-teman di lapangan lebih
berpikir positif untuk mengatasi tantangan agar bisa melayani peserta didik
dengan optimal," ujarnya.
Sri yang juga sekaligus Kepala Sekolah
SD Negeri Sudirman Ambarawa menyampaikan kunci terpenting pemulihan
pembelajaran adalah kemauan para guru untuk memberikan pelayanan terbaik kepada
anak didiknya.
"Sebagai manajer, Kepala Sekolah
harus pinter mengarahkan rekan-rekan guru harus seperti apa, kemudian mendukung
mereka dan mengajak bekerja sama. Dengan kerja sama, gotong royong, InsyaAllah
bisa," ungkapnya.
Sebagai bagian dari mitigasi learning
loss akibat pandemi, sekolah diberikan opsi/pilihan oleh Kemendikbudristek
untuk dapat menggunakan kurikulum yang disederhanakan sehingga dapat berfokus
pada penguatan karakter dan kompetensi mendasar.
Saat ini, sekolah dibebaskan memilih
untuk 1). Menggunakan Kurikulum 2013 secara penuh; 2). Menggunakan Kurikulum
Darurat, yakni Kurikulum 2013 yang disederhanakan oleh Kemendikbudristek; atau
3). Melakukan penyederhanaan kurikulum secara mandiri.
Kurikulum prototipe yang pada tahun 2021
diterapkan pada 2.500 Sekolah Penggerak dan 895 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Pusat Keunggulan juga akan ditawarkan kepada semua sekolah untuk dapat
diterapkan secara sukarela sehingga dapat digunakan untuk memulihkan
pembelajaran.
"Selama dua tahun, yaitu tahun 2022
sampai dengan 2024 sekolah dapat menerapkan kurikulum prototipe ini. Untuk
kemudian akan kita evaluasi kembali," Plt. Kepala Pusat Kurikulum dan
Pembelajaran.
Kegiatan sosialisasi dihadiri oleh
Perwakilan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pendidikan Kota dan
Kabupaten Semarang; Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten dan Kota
Semarang; Kantor Wilayah Kementerian Agama; Perwakilan MKKS Kota Semarang dan
Provinsi Jawa Tengah; Perwakilan dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK); serta perwakilan dari organisasi pendidikan dan pemangku kepentingan
pendidikan lainnya. (SP/Foto: ANTARA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.