J
akarta, Anetry.Net – International Open, Distance, And e-Learning Symposium (ISODEL) 2021 resmi berakhir pada Jumat (3/12). Sejumlah rekomendasi penting dihasilkan.
Kepala Pusat Data dan Teknologi
Informasi (Kapusdatin) Kemendikbudristek M. Hasan Chabibie menyampaikan bahwa
dalam mewujudkan pembelajaran digital, tak hanya sekadar infrastruktur yang
perlu dibangun namun juga aspek kemanusiaan yang akan mengembangkan inovasi.
Hasan meminta pendidik untuk mengawal
pendidikan karakter dan nilai-nilai budaya yang perlu diketahui anak-anak
bangsa. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bisa menjadi alat bagi pendidik
untuk mewujudkan itu.
Berdasarkan pengamatan Hasan Chabibie,
dinamika yang terjadi dalam ISODEL 2021 sangat menarik terkait karya inovatif
dan media pembelajaran yang dikembangkan oleh individu, baik pemerintah maupun
dunia industri.
“ISODEL 2021 membuktikan, saat ini
kolaborasi begitu sangat mudah untuk melengkapi satu sama lain untuk
menghasilkan karya yang optimal,” ujar Hasan yang disampaikan secara daring di
Jakarta, Jumat (3/12) lalu.
Oleh karena itu, ia berharap setelah
pelaksanaan kegiatan ini masyarakat semakin tertarik untuk mengeksplor
pembelajaran digital dalam mendukung metode pembelajaran hibrida. “Pendidikan
karakter yang juga menjadi sorotan di pembelajaran digital juga perlu disikapi
dengan bijak. Di saat sebagian orang tua meragukan pembelajaran daring dan
sebagian guru mengkhawatirkan berkurangnya karakter peserta didik kita, jangan
lupa bahwa TIK menyediakan peluang untuk membagikan nilai-nilai positif,” tambah
Hasan.
Berikut adalah sebelas rekomendasi
ISODEL 2021. Pertama, Tidak dapat disangkal
bahwa disrupsi teknologi membawa perubahan sistemik yang cepat dalam pendidikan
yang perlu disikapi secara strategis. Hal ini dapat dihadapi dengan
mengupayakan solusi yang inovatif untuk mendukung lingkungan belajar yang
adaptif dan transformatif.
Kedua, di era new normal, kolaborasi sudah menjadi suatu
kebutuhan. Kolaborasi adalah lebih dari sekadar kerja sama yang saling
menguntungkan karena kolaborasi adalah tentang kesadaran untuk berbagi dan
saling melengkapi demi mencapai kesuksesan yang optimal. Iklim bekerja secara
kolaboratif perlu dikembangkan, tidak hanya lintas wilayah geografis tetapi
juga lintas profesi. Di bidang pendidikan, pendekatan kolaboratif adalah dasar
untuk pedagogi yang efektif.
Ketiga, para penggiat dan pakar teknologi pembelajaran
senantiasa menggali berbagai peluang dan pendekatan untuk merancang arsitektur
pembelajaran yang mencerahkan dan memberdayakan. Mengadopsi teknologi baru
dengan inovasi yang berbasis kebutuhan untuk mengatasi tantangan dan masalah
lokal tidak hanya terbatas pada aspek teknologi saja tetapi juga harus
menjangkau aspek sosial budaya dan humanistik.
Keempat, dalam mengembangkan inovasi, kita tidak boleh
melupakan pentingnya pedagogi. Di era kenormalan baru meskipun Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) sudah menjadi suatu kebutuhan, namun hal
tersebut tidak semata menjadi tujuan mutlak. Teknologi pembelajaran adalah
tentang memberikan solusi untuk membantu siswa belajar secara optimal dalam
berbagai kondisi yang lebih menitikberatkan pada teknologi yang tepat guna.
Kelima, salah satu isu penting terkait daerah terpencil
di Indonesia terutama di daerah 3T adalah sulitnya aksesibilitas. Oleh karena
itu, infrastruktur dan jaringan TIK untuk daerah tersebut harus menjadi
prioritas. Dengan tersedianya dan lebih terjangkaunya akses teknologi digital
seperti internet di daerah-daerah terpencil dan 3T, diharapkan dapat
mempercepat perekonomian dan mendukung peningkatan kualitas pendidikan. Nantinya,
diharapkan daerah 3T mampu sejajar dengan daerah-daerah maju dan berkembang.
Keenam, hibrida learning akan menjadi kenormalan baru
(new normal) dalam dunia pendidikan. Hal ini tidak hanya berdampak pada
metodologi pembelajaran tetapi juga pada strukturisasi dari kurikulum. Sumber
belajar yang tersedia dan mudah diakses seperti beragam mata pelajaran/topik
pembelajaran serta media pembelajarannya seyogyanya dapat langsung digunakan
sesuai dengan kebutuhan. Hal ini memberikan pengaruh positif pada proses pembelajaran
sehingga menjadi lebih efisien sehingga dapat mengurangi intensitas dari
interaksi tatap muka.
Ketujuh, waktu kerja guru akan lebih lama dari sekadar jam
mengajar. Interaksi pembelajaran dapat berjalan sepanjang waktu, baik sinkronus
maupun asinkronus. Untuk itu, perlu dilakukan pendefinisian kembali tugas dan
jam pelatihan guru. Dalam konteks ini, guru akan lebih berfungsi sebagai
fasilitator pembelajaran daripada hanya sekedar sosok yang memberikan perintah
saja.
Kedelapan, pada pendidikan vokasi, pengalaman belajar siswa
secara daring melalui berbagai model pembelajaran yang inovatif yang
dikombinasikan dengan media pembelajaran yang kreatif, dapat membantu
memberikan pengalaman dan kesiapan siswa untuk memasuki dunia kerja digital di
masa depan. Untuk itu, dalam pendidikan vokasi disarankan untuk memanfaatkan
model-model pengembangan yang menumbuhkan kreativitas.
Kesembilan, strategi untuk memajukan pendidikan kejuruan di
era digitalisasi menawarkan tingkat keterampilan yang lebih tinggi serta
fleksibel. Modularisasi dengan mengintegrasikan teknologi telah mengubah
perspektif dalam pembelajaran sehingga semakin gesit, responsif, personalisasi.
Hal ini berpengaruh terhadap cara meninjau dan memperbarui, memperbaiki atau
bahkan mengembangkan kurikulum baru agar dapat lebih sesuai dengan perkembangan
zaman terutama dalam menghadapi tuntutan profesi dan lingkungan kerja yang
lebih kompleks, termasuk dalam profesi dan lingkungan di mana keseimbangan alam
dapat terus senantiasa terjaga.
Kesepuluh, salah satu penyebab terjadinya kehilangan
pembelajaran adalah ketidaksiapan guru di sekolah dalam menyelenggarakan
pembelajaran daring. Untuk itu, peningkatan kompetensi guru khususnya dalam
pemanfaatan TIK untuk pembelajaran harus terus ditingkatkan.
Kesebelas, pendidikan karakter adalah salah satu hal yang
penting dalam pembelajaran digital. Di satu sisi, banyak orang tua khawatir
tentang kurangnya interaksi tatap muka dengan guru yang mengakibatkan lebih
sedikitnya kesempatan untuk pembelajaran membangun karakter. Di sisi lain, TIK
memiliki potensi yang sangat baik dalam menawarkan cara-cara baru dalam
mengembangkan pendidikan karakter yang juga dapat memberikan pengaruh positif.
Dengan demikian, teknologi dapat
digunakan untuk mengembangkan model pembelajaran yang menekankan pada pembiasaan
sikap dan perilaku baik dalam kehidupan sehari-hari yang menitikberatkan pada
penanaman dan penguatan pendidikan karakter yang lebih optimal. (SP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.