Jakarta, Anetry.Net – Puncak Hari Guru Nasional (HGN) 2021 yang berlangsung, Kamis (25/11), menyisakan kesan tersendiri tak hanya bagi para guru, tetapi juga bagi Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim.
Selain bisa bersilaturahmi dengan guru-guru
dari berbagai daerah di Indonesia, Menteri Nadiem juga berkesempatan untuk
bernostalgia dengan tiga orang guru masa kecilnya dari SD Al Izhar, Pondok
Labu, Jakarta.
“Wah, saya senang sekali, sudah berapa
lama, ya, kita tidak bertemu? Sepertinya sejak umur (saya) 12 (tahun), ya?”
tanya Mendikbudristek yang terkejut ketika dipertemukan dengan guru-guru
Sekolah Dasar (SD) nya pada Puncak Acara HGN 2021 di JIEXPO Kemayoran, Jakarta.
Langsung dijawab oleh Anwar Ahmad, guru
kelas VI Nadiem, “25 tahun!” Tak banyak yang tahu, bagaimana sosok
Mendikbudristek di masa lalu. Ternyata ia adalah sosok yang ceria,
menyenangkan, dan sangat kritis. Itulah kesan yang paling membekas tentang
Nadiem di mata guru-gurunya.
Menurut Anwar, banyak pertanyaan menarik
yang tak terduga disampaikan Nadiem kecil kala itu. “Tapi itu membuat kami para
guru belajar lagi. Biasanya, saya ajak Nadiem untuk bersama-sama mencari
jawabannya di perpustakaan sekolah,” ungkapnya.
Saat berbincang di atas panggung bersama
tiga guru SD-nya, Menteri Nadiem kembali dikejutkan dengan foto-fotonya bersama
teman-teman sekolahnya yang ditampilkan di layar.
Jika ada hal yang selalu diingat
Mendikbudristek hingga kini adalah kegigihan guru-gurunya dalam mendidik dan
selalu memberi ruang baginya untuk berekspresi. Di situlah Nadiem kecil merasa
dihargai sebagai seorang siswa.
“Karena banyak guru-guru yang kalau
anaknya banyak nanya, justru tidak suka. Terus dituduh tidak pintar, atau malah
mereka jadi frustasi sama anaknya,” kata Nadiem.
Bahkan, karena seringnya bertanya di
kelas, Menteri Nadiem mengaku sempat dituduh terlalu banyak bertanya. Namun,
guru Sakinah beralasan Nadiem kecil gemar bertanya karena berani mengajukan
berbagai ide dan inovasi baru yang sangat menarik.
“Saya selalu gemas dengan tampilannya
(Nadiem) yang selalu ceria, cemerlang, dan tidak pernah berwajah sedih,” kenang
perempuan yang biasa dipanggil Ina ini.
Melihat Nadiem sekarang menjadi
Mendikbudristek, tidak membuat heran guru Anggerina Nutriana. Sejak dulu,
karakter kepemimpinan itu melekat pada diri Nadiem Anwar Makarim. “Itu sudah
terlihat sejak di kelas III,” ungkap guru yang biasa dipanggil Bu Nina itu.
Lebih lanjut, Bu Nina mengatakan, saat
duduk di bangku kelas III, bakat Nadiem bernegosiasi sudah terlihat. Ceritanya
saat itu ada kegiatan donor darah di sekolah tapi tidak ada satu pun guru kelas
III yang mendonor. Nadiem kecil membujuk Bu Nina untuk mau mendonorkan
darahnya. Meski harus bernegosiasi dengan tim medis, Nadiem tak menyerah
hingga akhirnya Bu Nina saat itu diizinkan untuk menjadi pendonor.
Menteri Nadiem berterima kasih atas
bimbingan dan pendidikan di masa kecilnya yang menjadi modal baginya di masa
depan. “Terima kasih atas jasa-jasa Bapak dan Ibu mendidik saya dan mentolerir
segala kekurangan saya. Doakan saya, semoga saya bisa berkontribusi bagi dunia
pendidikan,” pinta Nadiem pada ketiga gurunya.
“Mudah-mudahan berhasil ya,” sambung Bu
Nina.
Bagi Mendikbudristek, mengenang masa
lalu, mengingat dari mana ia bertemu dengan guru-guru masa kecilnya ataupun
saat ia berjumpa dan berdiskusi dengan guru-guru honorer atau guru penggerak,
telah menjadi pendorong untuk mewujudkan kemerdekaan dalam belajar.
“Mengenang masa lalu saya, melihat dari
mana kita datang, melihat guru-guru yang menyentuh kita selama hidup kita,
itulah alasan utama kami (bekerja) di Kemendikbudristek,” kata Nadiem.
“Ini adalah misi yang terpenting
sekarang. Bukan misi pemerintahan tapi misi gerakan, yaitu misi Merdeka
Belajar,” tutup Menteri Nadiem. (gtk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.