Jakarta, Anetry.Net – Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Iwan Syahril menjelaskan konsep program Guru Penggerak adalah guru yang sejatinya harus menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran.
Guru menurutnya harus mampu
mengimplementasikan pembelajaran yang memerdekakan dengan memihak kepada murid,
serta mampu menjadi teladan bagi guru-guru lainnya.
“Guru Penggerak itu adalah program
kepemimpinan, calon-calon pemimpin kita. Kita ingin dari lulusan program ini
nanti akan menjadi kepala sekolah, pengawas sekolah, instruktur pelatihan guru
kita,” tutur Iwan dalam sebuah siniar beberapa waktu lalu.
Filosofi “coach” juga nantinya akan
digunakan dalam pembelajaran sesama guru di program Guru Penggerak. Dengan
filosofi ini, lanjut Iwan, guru akan mampu berbagai ilmu tanpa harus malu.
Dengan filosofi ini pula, guru diharapkan dapat saling memotivasi satu sama
lain.
Iwan kembali mengingatkan bahwa
orientasi utama setiap pendidik dan semua pemangku kebijakan di dunia
pendidikan adalah murid.
“Menurut Ki Hadjar Dewantara, setiap
pendidik itu harus bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang
anak, tidak untuk meminta suatu hak, namun untuk berhamba pada sang anak.
Maksud dari (pernyataan) ini adalah semua orientasinya adalah kepada sang
anak,” jelas Iwan.
Dirjen Iwan mengatakan bahwa setelah
lulus tahapan yang ada, calon Guru Penggerak akan mengikuti sembilan bulan
pendidikan di program Guru Penggerak.
“Ini bukanlah masalah guru yang pintar,
bisa menguasai teknik hebat, tetapi yang lebih penting adalah dia punya
resiliensi atau tidak? Punya ketangguhan atau tidak? Punya orientasi visinya
seperti apa? Itulah hal yang akan kita lihat di wawancara,” terangnya.
Kemudian, berbicara tentang pendidikan
Guru Penggerak, para calon Guru Penggerak nantinya akan dibekali dengan tiga
modul utama pada saat mengikuti pelatihan.
Modul pertama berisi tentang paradigma
dan visi. Modul kedua berisi praktik pembelajaran yang berpusat kepada murid.
Modul ketiga berisi informasi tentang bagaimana menjadi pemimpin pembelajaran
yang bisa menggerakkan sumber daya sekolah serta dapat mengambil keputusan
untuk mendukung pembelajaran yang berpihak kepada murid.
“Setiap modul itu nanti juga ada modul
kecil lagi tentang aksi nyata, jadi isi modul ini nantinya penuh dengan
refleksi. Dalam aksi nyata ini mereka akan mengerjakan yang sesuai dengan
konteks di mana mereka bekerja saat ini,” ungkap Iwan.
Manfaat yang paling berharga untuk
diambil para peserta dengan mengikuti program Guru Penggerak yaitu mendapat
kesempatan untuk menjadi agen perubahan.
“Hal yang menjadi reward paling
berharga adalah saat melihat anak murid kita bisa berubah, ini uang pun tidak
akan bisa beli, inilah yang diharapkan dari Guru Penggerak,” lanjutnya.
Iwan juga menjelaskan tentang perbedaan
dari Guru Berprestasi dengan Guru Penggerak. Guru Berprestasi adalah guru yang
melakukan hal-hal inovatif, tetapi dalam konteks ini tidak ada struktur yang
terencana secara berkepanjangan. Sedangkan Guru Penggerak adalah calon agen
perubahan yang sejak awal sudah diberdayakan dan diorientasikan agar mereka
nantinya dapat melakukan perubahan pada ekosistem di satuan
pendidikannya.
“Indonesia kaya akan orang-orang yang
ingin sekali berbagi, saling menguatkan, energi positifnya sangat banyak. Saya
melihat program Guru Penggerak merupakan sebuah bukti bahwa kita bisa membuat
sesuatu bersama-sama secara bergotong royong,” ucap Iwan optimistis.
Dirjen Iwan menekankan pentingnya asas
gotong royong. Di dalamnya terkandung dua nilai luhur, yaitu empati dan
tanggung jawab sosial.
Selain itu, Iwan Syahril juga
menyinggung filosofi Ki Hadjar Dewantara, yakni Merdeka Belajar. Merujuk
filosofi tersebut, ia mengajak seluruh pendidik dan tenaga kependidikan
berlomba-lomba untuk menjadi teladan, memberikan motivasi, serta membangun
inisiasi positif dalam pembelajaran.
Tujuan Merdeka Belajar adalah Tut
Wuri Handayani di mana peserta didik diberikan sebuah ekosistem belajar
yang lebih memerdekakan mereka dalam mengembangkan potensinya untuk
berkontribusi bagi bangsa dan negara. Tentunya, dengan menjiwai karakter yang
tertuang dalam profil Pelajar Pancasila.
“Tujuan Guru Penggerak atau program kita
yang lainnya adalah bagaimana menciptakan sumber daya manusia unggul dan profil
Pelajar Pancasila ini bisa kita ciptakan. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, mandiri, kreatif, gotong royong, berkebinekaan
global, dan berpikir kritis,” pungkas Iwan. (gtk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.