Anetry.Net – “Being a writer requires only one thing; actually writing. No body can advise and help you.”
Untuk menjadi seorang
penulis, anda hanya butuh aktivitas menulis. Tidak lebih dari itu. Anda juga
tidak perlu meminta pendapat dan nasehat dari siapapun untuk memulainya.
Lalu apakah anda harus
menjadi orang berpendidikan tinggi dengan deretan gelar panjang untuk terjun
menjadi penulis? Atau mungkin membutuhkan ketenaran lebih dulu baru menuliskan
pengalaman dan ide anda? Semuanya tidak perlu. Menulis itu sesederhana ketika
anda memilih ngobrol dengan teman lama anda melalui pesan singkat.
Berbekal kesederhanaan
itu, bila anda ingin mengawali aktivitas menulis, perlu memperhatikan beberapa
hal yang merusak para penulis selama ini:
1. Harus Terinspirasi
Pemahaman
ini berseliweran dari waktu ke waktu. Bahkan mungkin dari pelatihan ke
pelatihan yang sengaja mengajak anda untuk menjadi bagian dari komunitas
mereka.
Untuk
menjadi penulis, inspirasi bukanlah hal penting. Apakah ketika anda ingin
menulis lalu anda perlu melihat dan menyaksikan sesuatu agar terinspirasi?
Inspirasi berkaitan dengan ide.
Bahkan
sebuah perselisihan pendapat di pagi hari dengan pasangan ketika anda berada di
luar kota, bisa menjadi ide brillian untuk mulai menulis. Anda bisa menuliskan
mengapa perselisihan itu bisa terjadi? Mulai dari mana? Apa penyebab utamanya?
Mudah kan? Sesederhana itu ternyata untuk menemukan ide, bukan dengan terinspirasi
lebih dulu oleh hal-hal lain di luar diri anda.
2. Menjadi ahli tata bahasa
Ada
yang bilang, jangan salah menulis. Harus ikuti ilmu tata bahasa. Bila kesalahan
ejaan atau gramatikal, maka tulisan akan dianggap gagal. Anda harus menjadi
ahli dan sangat mendalami tata bahasa sebelum menjadi penulis. Dan masih banyak
lagi pendapat dan masukan dari berbagai penjuru kepada anda bila ingin memulai
aktivitas menulis. Ini tidak benar.
Kalau
anda ingin memulai menulis kan ide brillian yang ada di kepala anda, tidak
perlu membuka kamus atau datang kepada ahli tata bahasa di negeri ini. Tulis
saja apa yang anda pikirkan. Bebaskan diri anda untuk menuangkan semuanya ke
dalam deretan dan susunan huruf. Lupakan tentang tata bahasa, karena setiap
orang di negeri ini diyakini punya pengetahuan cukup tentang tanda baca. Dan
itu cukup sebagai modal utama.
Yang
terpenting ketika anda mulai menulis, maka jangan pernah berhenti karena takut
salah. Teruskan hingga anda merasa puas dan benar-benar yakin telah menuangkan
ide yang ada dalam pikiran. Selanjutnya, tulisan lain pun telah menanti.
3. Banyak berguru
Workshop
A oleh lembaga B, pelatihan C oleh lembaga D. Setiap saat terpampang di
berbagai media. Bahkan ada yang melakukan promosi clickbait ‘ikuti pelatihan ini, dijamin anda menjadi penulis
terkenal.’ Atau promosi iklan dengan menyebut, ‘dilatih oleh master kepenulisan
ternama.’
Semua
itu hanya jargon, hanya iklan untuk menarik minat orang yang ingin menjadi
penulis. Bahkan dalam sebuah sesi diskusi beberapa waktu lalu, pendapat
beberapa orang penulis dan pegiat literasi menyatakan bahwa semakin banyak berguru
dan ikut pelatihan maka akan semakin matang keterampilan untuk menulis. Dan
saya (penulis) membantah hal itu.
Analoginya
begini, berapa banyak di negeri yang
gemah ripah loh jinawi ini penulis yang berasal dari disiplin ilmu
pendidikan Bahasa Indonesia? Atau berapa persen dari guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia yang selalu dengan tuntutan cerpen ‘berlibur di rumah nenek’ saat
libur tiba pada siswanya berhasil menjadi penulis?
Bukankah
mereka berguru pada lembaga resmi dengan kurikulum terukur? Seharusnya
merekalah yang berhasil menjadi penulis dan dijadikan teladan dimana-mana, tapi
ternyata tidak. Sangat sedikit jumlahnya penulis yang berasal dari disiplin
ilmu ketatabahasaan. Hal itu disebabkan karena penuhnya memori dengan aturan
kepenulisan, banyaknya pelajaran. Hingga malah menjadi penghambat untuk
melahirkan karya.
Karena itu untuk menjadi
penulis, mentalitas utama yang perlu diperhatikan adalah, menulis dan hanya
menulis. Apapun yang dibicarakan orang tentang tulisan yang anda hasilkan, itu
bukan bagian dari mematikan mentalitas. Masukan? Boleh-boleh saja. Nasehat? Ya
tentu juga boleh. Tapi yang paling utama adalah, anda menulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.