Jangan Menekuri Bumi, Miliki Peluang Kembangkan Potensi - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Kamis, 21 Oktober 2021

Jangan Menekuri Bumi, Miliki Peluang Kembangkan Potensi


Anetry.Net
– Bagaimana caranya setiap orang tumbuh lebih maju dengan segala keterampilan dan potensi yang ia miliki? Tentu saja dengan cara mengembangkan diri dengan jalan inovasi dan karya.

Apakah itu cukup? Satu sisi sangat cukup. Itu untuk mereka yang mandiri. Mandiri dari segala bentuk situasi dan kondisi. Katakanlah ia bukan bagian dari sebuah jejaring dengan adanya atasan bawahan, atau struktur berjenjang secara hirarki dengan ketentuan-ketentuan yang mengikat.

Mereka yang berada dalam struktur hirarki; memiliki atasan dan bawahan – dipastikan tidak dapat berkembang sama seperti orang-orang mandiri di luar sana. Ada batasan-batasan yang harus dijaga, yang rata-rata hanya berupa tata kesopanan. Tidak mendahului, tidak menyerobot dan tetap mengikuti pola yang sudah ada.

Banyak kisah yang didapati di tengah masyarakat, cerita tentang bagaimana seseorang yang terhambat perkembangan keterampilannya di depan khalayak. Hanya karena merasa menjadi pribadi yang berada di struktur terbawah, talenta dan potensi ikut terdegradasi kian redup seiring tertutupnya pintu-pintu kesempatan.

Kalaupun ada kesempatan untuk maju, berlari lebih kencang demi pencapaian tujuannya sebagai sosok yang terampil di berbagai bidang atau suatu keahlian, semua itu harus dilaluinya dengan sulit. Perlu menjembatani diri sendiri dengan segala risiko dari cercaan, gunjingan dan segala bentuk pandangan negatif.

Tak jarang didengar, “ah, dia mah bukan siapa. Tapi akhir-akhir ini menjadi pribadi yang sok hebat. Padahal hanya bawahan, lho!” Atau kalimat, “nggak usah deh terlalu menonjol. Kamu harus ingat posisi kamu sebagai bawahan. Terlalu ke depan ga baik juga akhirnya.”

Anda pernah mendengarnya atau malah mengalaminya sendiri? Itulah kebiasaan yang sudah melekat erat dalam karakter sebagian orang di negeri ini. Dan bisa-bisa kita temui juga di dunia pendidikan.

Bila dilihat lebih dalam, menelisik persoalan karakter yang dapat menjatuhkan bahkan menenggelamkan potensi seseorang, sering terjadi dan berakibat tidak tumbuhnya bibit-bibit baru potensial.

Siapa yang tidak kenal Buya Hamka, seorang penulis ternama sekaligus ulama besar dengan karya terbesarnya Tafsir Al-Azhar. Betapa banyak yang ingin meniru kejayaannya dengan jalan yang sama. Tapi hingga kini belum ada yang mampu menyamainya.

Apa sebab? Selain kurangnya motivasi dari orang-orang terdekat; termasuk hirarki yang berada di atasnya – persoalan utamanya adalah ‘mati rasa’ yang diakibatkan tiadanya dukungan penuh dari unsur-unsur terkait.

Pada bidang pendidikan misalnya, adanya aturan bahwa harus adanya pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) Guru di bidang publikasi ilmiah dan karya inovatif (PI/KI) seakan mentah begitu saja di kalangan tumpuan pembentukan generasi. Ada yang telah tujuh belas tahun tidak naik pangkat hanya karena kurangnya dukungan dan motivasi untuk mulai menulis.

Sementara itu di lain pihak, ada guru yang disibukkan dengan menulis sepanjang tahun dengan materi yang tidak dibutuhkan. Contoh, sekaitan dengan aturan PKB Guru dalam bidang PI/KI, menulis karya sastera bukanlah hal utama. Harus ada karya tulis ilmiah sebagai bagian utama dalam pemberkasan kenaikan pangkat. Tapi pihak-pihak tertentu malah menyodorkan betapa indahnya menulis sesuatu yang berbau sastera tapi meninggalkan karya ilmiah. Dalam kasus ini, sangat jarang pula yang berupaya meluruskan. Bahkan seakan dibiarkan begitu saja.

Beranjak pada yang lebih dalam lagi, adanya perilaku yang lebih mengutamakan perasan dalam membina dan mendidik pengembangan potensi, turut menjadi penyebab tidak munculnya tokoh besar dalam berbagai bidang. Kalau di bidang kepenulisan seperti lomba menulis, sering pula kepesertaan ditunjuk saja tanpa melihat potensi yang cocok untuk diteruskembangkan.

“Ah, si anu saja. Dia masih ada hubungan kerabat dengan Mr. X. Ga enak nanti sama beliau.” Pernah mendengar kalimat senada dengan itu dalam sebuah penetapan kepesertaan dalam bidang-bidang tertentu? Mungkin pernah di satu lokasi dan tidak pernah di daerah lain. Tapi itu terjadi.

Seakan hal itu menjadi biasa. Tapi sejatinya, ini membuat karakter merosot tajam. Melahirkan kebiasaan buruk turun-temurun. Berakibat pada lunturnya semangat sebagian orang yang potensial untuk dikembangkan.

Solusinya apa? Bagi mereka yang petensial harusnya mempersiapkan diri untuk tidak terlalu mengedepankan pengembangan potensi melalui hirarki. Berkembanglah melalui jalan sendiri. Hindari cekcok, rasa tidak enak karena merasa direndahkan atau tidak diberi kesempatan. Buat sesuatu yang baru di luar sana. Jadikan diri anda sebagai manusia merdeka agar segala tuntutan dari dalam diri untuk maju dapat terlaksana tanpa mengecilkan arti yang lain, baik profesi maupun hirarki.

Banyak peluang yang bisa didapatkan untuk maju. Bila tidak melihat peluang karena terbatasnya informasi, maka di saat itulah anda bisa membuat peluang sendiri. Banyak orang yang maju dari tempat yang tidak disangka. Sering berlian ditemukan di lumpur yang dalam dan jarang didekati manusia.

Yakinlah dengan diri sendiri. Bentuk diri anda dengan karakter yang baik, lalu kembangkan bersama mereka yang mau membantu dan memberikan wadah. Selagi diri masih tegak berdiri, berlarilah sekencang mungkin untuk menggapai bintang di langit. Agar suatu saat nanti, akan dikenang oleh anak-cucu bahwa nenek moyangnya adalah pejuang karakter. Bukan pecundang yang menunduk ke bumi hanya karena merasa diri rendah. Salam Literasi!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad