Intellectual Excercise Dunia Kepenulisan Sastra - Ane Try | Literacy Influencer

Info Terkini

Post Top Ad


Kamis, 28 Oktober 2021

Intellectual Excercise Dunia Kepenulisan Sastra


Anetry.Net
 – Membahas sastra merupakan keasyikan tersendiri dalam dunia kepenulisan. Berbeda jauh dari penulisan ilmiah, sastra memiliki dunianya sendiri.

 

Menulis karya sastra, dalam pemahamannya merupakan sebuah latihan intelektual. Membangun sebuah kenyataan di alam maya, menuangkannya dalam sastra yang dapat dibaca dengan mudah oleh para penikmatnya.

 

Intellectual exercise is where a person thinks about a set of circumstances that are entirely theoretical - the circumstances are completely separate from reality and are usually under very specific circumstances that are unlikely to (or do not) exist in the real world.” Begitu ungkapan penting terkait latihan intelektual ini. Di mana seseorang berpikir tentang serangkaian keadaan yang sepenuhnya teoretis - keadaan yang benar-benar terpisah dari kenyataan dan biasanya dalam keadaan yang sangat spesifik, yang mungkin tidak ada di dunia nyata.

 

Kemampuan menuangkan sesuatu yang tidak nyata, hanya dimiliki oleh mereka yang kuat imajinasi. Dan ini belum tentu dimiliki oleh mereka yang biasanya berkutat dalam karya-karya ilmiah, penelitian, dan sejenisnya.

 

Bila dikaji secara ilmiah, Intellectual exercise  sangat berkaitan dengan Intellectual energy. Dalam kesehariannya manusia menghabiskan energi intelektualnya dalam tiga wilayah aktivitas dasar, yaitu bertahan hidup, pembelajaran praktis( seperti aplikasi teknologi); menemukan pengetahuan murni lewat proses mental secara induktif( misalnya sains); dan mengejar pencerahan untuk mengecap kenikmatan dengan pelatihaan estetika yang mengacu pada bidang humaniora.

 

Bila energi intelektual itu disandingkan dengan Intellectual exercise, maka dalam dunia sastra, energi yang paling besar dikeluarkan adalah bagaimana menaikkan kualitas intelektual itu sendiri.

 

Penulis bidang sastra, dengan segala kemampuannya menuangkan ide dan gagasan agar materi yang dihasilkan dapat menjadi lebih enak dibaca dan mampu membawa setiap orang ke dalam kisahnya. Bahkan seolah menjadi nyata.

 

Ada banyak contoh yang bisa dilihat dan dibaca dalam proses ini. Adakalanya karya sastra tidak berhasil membawa pembacanya pada situasi yang diinginkan penulis. “Hambar, tidak berasa apa-apa ketika membaca.” Bila kalimat itu yang keluar dari pembaca, maka alamat hancurlah reputasi.

 

Penulis sastra, dalam menuangkan buah pikir selalu menegedepankan bagaimana dirinya berdiri di sisi pembaca. Sebagai contoh, sebuah puisi romantisme kehidupan. Puisi yang bercerita tentang rasa yang lama dibenamkan dalam alam maya hanya karena merasa tidak pantas. Pada puisi tersebut penulisnya akan menuangkannya dengan diksi yang lebih mendalam agar pembaca ikut merasakan betapa kepedihan terjadi pada tiap larik dan baitnya.

 

Puisi itu singkat, bahkan puisi naratif pun tidak lebih panjang dari sebuah cerpen. Tapi penulis yang memiliki kualitas intelektual, mampu membawa pembacanya pada situasi sama seperti situasinya sendiri.

 

Hal sama terjadi pula pada penulisan novel. Kisah maya yang dituangkan dalam bentuk tulisan dan enak dibaca, dihasilkan oleh intelektualitas yang bermutu tinggi. Bukan asal menulis, tapi diiringi dengan ketinggian imajinasi yang lahir dari intelektual yang tak sembarangan.

 

Itulah cita-cita yang selalu ada dalam benak penulis bidang sastra. Cita-cita untuk memperkuat imajinasi dengan Intellectual exercise  yang terus diasah dan ditempa oleh waktu.

 

Mau menjadi penulis bidang sastra? Anda perlu lebih cerdas daripada sekedar bercengkerama dengan malam yang senyap. Lahirkan karya, dan terus asah diri melalui cita-cita. (Ilustrasi: vectorstock

Penulis: Nurtrianik (Guru, Pegiat Literasi, Influencer, Blogger)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad