Anetry.Net – Menjadi penulis? Gampang, semua orang pasti bisa. Semua orang di zaman maju seperti ini bisa memilih dunia kepenulisan untuk menuangkan pemikiran dan idenya.
Selain untuk berbagi pengetahuan, dunia kepenulisan juga dapat dijadikan profesi. Banyak orang sukses yang memulai karirnya sebagai penulis amatir. Mulai dari penulis artikel lepas di surat kabar baik cetak maupun online, sampai menjadi penulis yang diterbitkan secara resmi dan beredar luas.
Kisah para penulis dalam mengawali karirnya juga beragam.
Ada yang jatuh bangun karena kondisi mental yang rapuh, ada pula yang tertatih
menyelesaikan setiap karyanya disebabkan kesibukan dan waktu yang sempit. Semua
itu dialami dan dilalui oleh banyak penulis di negeri ini.
Setiap penulis yang tumbuh besar lalu terkenal, di masa
lalunya memiliki kisah yang panjang. Tapi ada yang mengherankan, sangat sedikit
penulis yang mengisahkan bagaimana ia belajar, ke siapa ia memintai pendapat
dan masukan agar terus berkembang lebih baik.
Mengapa demikian? Ada rahasia yang tak biasa dalam hal
ini. Dunia kepenulisan begitu luas. Setiap jenis karya tulis memiliki ilmunya
masing-masing. Sebutlah bagaimana seorang penulis puisi dengan hak khusus
Licentia Poeticanya, ia melabrak semua aturan tata bahasa. Sementara para
penulis jenis karya lainnya tidak memiliki kesamaan hak dalam menuangkan
pemikirannya. Beragam bukan?
Setelah seseorang menjadi penulis, banyak rintangan yang
akan dihadapi. Jangan dikira untuk maju di bidang ini hanya butuh keseriusan
dalam menggali potensi diri serta mempelajari keilmuannya. Pendapat, masukan,
dan kritikan akan muncul berbarengan dengan kehadiran karya-karya yang dibidangi.
Karenanya, ada penulis yang baru muncul lalu hilang bak
ditelan bumi. Ia mengalah pada keadaan dan memilih mundur dari blantika dunia
kepenulisan disebabkan merasa banyak salah, dan tak sanggup menghadapi
cengkerama dunia kepenulisan yang kadang berbau sarkasme. Atau memilih terus
maju dengan segala keyakinan dan kekuatan karakternya tanpa peduli siapapun
yang merintangi.
Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian
seorang penulis, yakni:
1.
Pelajari
aturan dan pengetahuan setiap jenis karya tulis yang akan dihasilkan
Hal ini merujuk pada pernyataan
bahwa setiap jenis karya tulis memiliki seluk-beluknya sendiri, tidak sama satu
dengan lainnya. Contoh, ketika anda menulis novel akan beda kiat dan triknya
dengan menulis cerpen. Bila dalam novel alur cerita digambarkan lebih ‘mengalun’
dengan gelombang yang panjang, maka dalam cerpen hal ini tidak dilakukan.
Cerpen harus disusun dalam alur menyentak, tidak bergelombang atau mengalun.
Hentakan alur menyebabkan pembaca bisa mengetahui isi dan makna yang terkandung
di dalamnya dengan cepat melalui kalimat-kalimat pendek. Pesan yang dituju penulis dalam cerpen lebih
jelas tergambar dibanding pesan-pesan yang dimuat dalam penulisan novel.
2.
Kurangi
meminta pendapat ke semua orang
Setiap orang harus rendah hati,
jangan sombong. Itu berlaku untuk semua karakter baik yang diinginkan tiap
manusia. Tapi pemaknaannya harus jelas. Bukan berarti harus membangun keyakinan
diri melalui pendapat orang lain, bahkan kepada penulis berkaliber ‘handal’
sekalipun. Alasannya apa? Bukankah dengan pendapat dari penulis lain yang
mereview karya tulis yang sedang disusun akan lebih menyempurnakannya? Ternyata
tidak. Malah mengacaukan mental dan menimbulkan ketidakpercayaan pada kualitas
diri sendiri. Banyak penulis yang akhirnya merobek karyanya sendiri karena
pendapat-pendapat teman yang dimintai mereview menghantam mentalnya.
Hal ini penting diingat karena
rata-rata, semua reviewer belum tentu tahu maksud dan tujuan dari karya tulis
yang sedang anda susun. Di saat bersamaan, anda telah memberi peluang orang
lain mengobrak-abrik pemikiran dan ide cemerlang anda untuk sebuah karya
bermakna.
Menjadi komentator itu memang
asyik, bisa menyalahkan bahkan menghujat walau dirinya sendiri tidak pernah
sukses jadi pemain. Jadi kalau ingin maju dengan kualitas mumpuni, tetaplah
tegak berdiri di kaki sendiri dengan menimba pengetahuan yang cukup.
3.
Jadi
diri sendiri
Anda dan saya, serta semua
orang, dipisahkan oleh perbedaan yang luarbiasa banyak. Ketika si A menulis dan
dibaca oleh penulis B, penulis B tidak akan bisa meniru karakter kepenulisan si
A. Begitu pula sebaliknya.
Untuk menjadi penulis
berkualitas, cukup menjadi diri sendiri. Tidak perlu meniru siapapun. Karena
setiap manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan kekhasan masing-masing.
Kita tidak pernah sama dengan siapapun, sekalipun itu kekasih, suami, istri,
anak, atau orang tua anda sekalipun.
Jadi sekali lagi, jangan meniru
dan berharap sama dengan penulis pujaan anda. Jadiah diri sendiri dan bangun
kualitas.
Tiga tips di atas, bukanlah sebuah keniscayaan yang harus
anda pegang dengan kuat. Bisa jadi setiap kita punya cara yang berbeda. Tapi
setidaknya, menjadi diri sendiri dalam berkarya adalah kunci untuk dihargai
dalam menapaki anak tangga kesuksesan. Salam Literasi. (*)
Penulis: NITM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.